animasi blog

Rabu, 19 Desember 2012

Perbandingan Pemberian Tugas Psi.Belajar dengan mata kuliah lain pada semester Ganjil T.A. 2012/2013

Perbandingan pemberian tugas pada mata kuliah Psikologi Belajar Tahun Ajaran 2012/ 2013 dengan pemberian tugas pada mata kuliah lain yang ada di Semester Ganjil sebenarnya kalau dilihat dari cara pengajarannya dengan mata kuliah lain sudah jelas banyak perbedaannya. Dalam observasi saya selama satu semester ini ketika saya mengikuti mata kuliah Psikologi Belajar, saya sangat senang dalam mengikuti alur yang diberikan, mengapa? Hal ini dikarenakan, alur pengerjaan tugas, topik apa yang dipelajari semua itu jelas. pemberian tugas yang diberikan itu mempunyai jawaban yang dapat dicari dengan mudah oleh mahasiswa karena buku pegangan “Learning and Instruction” mempunyai semua jawabannya. 
Sebelum membandingkan perbedaan pemberian tugas, tidak salahnya kalau saya mulai dengan persamaannya dahulu. Adapun persamaan yang dapat saya tangkap dan lihat diantaranya adalah yang pertama, mata kuliah psikologi belajar dengan mata kuliah lain yang ada semester ini adalah dosen dalam pemberian tugas sama-sama tidak ada memberikan punishment untuk mahasiswa baik dosen psikologi belajar ataupun dosen mata kuliah lain. Punishment yang dimaksudkan disini ialah punishment yang berbentuk hukuman fisik, verbal (memaki atau membentak) atau hukuman langsung yang terlihat. Yang kedua, Dosen psikologi belajar dengan dosen mata kuliah lain dalam pengajaran perkuliahannya menggunakan buku pegangan yang telah ditentukan sebelumnya dalam kontrak kuliah. 
Yang ketiga, Pengajaran dalam psikologi belajar dengan mata kuliah lain dalam pengantaran bahan ajar itu menggunakan proyektor untuk memudahkan menjelaskan bahan ajar kepada para mahasiswa. Sampai-sampai seperti terlihat sangat bergantung pada teknologi sekarang ini, bahkan ada dosen yang tidak bisa mengajar kalau tidak ada ketersediaan proyektor dan bergantung pada listrik untuk kegiatan belajar mengajar yang memadai menurutnya. 
Yang keempat, Pengajaran maupun pemberian tugas oleh dosen sama-sama disampaikan dengan jelas oleh masing-masing dosen mata kuliah. Hal ini jelas terlihat bahwa penyampaian tugas disampaikan dengan jelas, karena kalau ada dosen yang tidak menjelaskan bagaimana sistematika pengerjaan tugas yang ia berikan kepada mahasiswa, pastinya mahasiswa pengampuh mata kuliah tersebut akan merasa kebingungan ataupun yang paling parah ialah para mahasiswa sama sekali tidak mengerti apa yang seharusnya ia kerjakan. Dan dalam kenyataannya seperti yang disampaikan bahwa para dosen jelas dalam penyampaian tugasnya sehingga para mahasiswa dapat menggunakan kemampuan yang mereka miliki masing-masing untuk menyelesaikan tugas yang diberikan para dosen setiap mata kuliah. 
Yang kelima, Persamaannya lagi baik dosen psikologi belajar maupun dosen mata kuliah lain pemberian tugas ada diberikan batas waktu  dalam pengerjaannya oleh para mahasiswa. Hal ini jelas terlihat misalnya saja tugas yang satu ini, dosen memberikan waktu seminggu untuk menyelesaikannya dan misalnya untuk mata kuliah lain misalkan saja mata kuliah konstruksi alat ukur, pemberian tugas yang diberikan dosen jelas bahwa akan di kumpul misalnya 2 hari kemudian setelah pemberian tugas. 
Lalu persamaan yang keenam, mengenai pemberian tugas baik dalam mata kuliah psikologi belajar maupun mata kuliah lain itu ialah dosen dalam memberikan tugas, berusaha secara maksimal untuk mengajak keaktifan mahasiswa untuk melihat, belajar, menganalisis dan mempelajari lebih dalam mengerjakan tugas yang telah ia berikan. Mengapa saya dapat mengatakan demikian? Hal ini dirasakan sendiri oleh saya sebagai pengampuh mata kuliah psikologi belajar dan mata kuliah lain yang ada pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012/ 2013 ini. 
Dapat saya jelaskan apa yang saya maksudkan dengan “berusaha secara maksimal untuk mengajak keaktifan mahasiswa” ialah pemberian tugas oleh dosen yang ia jelaskan secara jelas lalu mahasiswa dibiarkan mengerjakan tugas itu dengan sendirinya baik dengan bertanya pada orang lain, atau melakukan browsing, atau dengan membaca buku-buku yang ada diperpustakaan mahasiswa diajarkan untuk aktif dalam pelaksanaan pengajaran dan mengerjakan tugas untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Perbandingan pemberian tugas pada mata kuliah Psikologi Belajar Tahun Ajaran 2012/ 2013 dengan pemberian tugas pada mata kuliah lain yang ada di Semester Ganjil ini untuk yang pertama ialah tugas yang diberikan pada mata kuliah psikologi belajar ada tugas sebelum masuk kuliah, saat kuliah ataupun setelah kuliah, sedangkan pada mata kuliah lain hanya ada tugas setelah perkuliahan selesai. 
Yang kedua, pemberian tugas oleh dosen mata kuliah psikologi belajar biasanya diberikan tugas ataupun materi tugas yang harus dikerjakan bisa melalui buku pegangan saja sudah dapat digunakan secara maksimal sedangkan kalau dosen mata kuliah lain itu biasa tugasnya bukan hanya berdasarkan buku pegangan yang telah disepakati saja, namun ada menggunakan buku-buku yang mengharuskan kita untuk mencari dari jurnal-jurnal dan e-book untuk mengerjakan tugas sehingga agak ribet tersebut meskipun tidak semua mata kuliah lain selain psikologi belajar yang seperti itu. 
Yang ketiga, ialah dalam sistematika pengajaran dan pemberian tugas dalam psikologi belajar biasanya berlandaskan tugas kelompok dan individu dibentuk kedalam kelompok-kelompok. Sedangkan pada mata kuliah lain (contoh: mata kuliah inventori kepribadian) tugas yang diberikan dikerjakan masing-masing individu meskipun individu-individu di bentuk ke dalam kelompok-kelompok kecil. 
Yang Keempat, dalam pemberian tugas mata kuliah psikologi belajar dosen menggunakan fasilitas e-learning dengan baik melalui blog masing-masing mahasiswa. Dan dosen dari adanya fasilitas e-learning ini dapat mengevaluasi kinerja mahasiswa. Sedangkan kalau pada mata kuliah yang lain tidak ada yang menggunakan fasilitas e-learning dalam pengajaran maupun pada proses pemberian tugas kepada mahasiswa. Bisa dibanggakan deh psikologi belajar kita. 
Yang kelima itu ialah pemberian tugas dalam psikologi belajar yang menggunakan blog biasanya setiap minggu akan di cek oleh dosen pengampuh kita dan akan diketahui siapa yang ada mengerjakan ataukah tidak mengerjakan, tetapi kalau pada dosen mata kuliah lain pengerjaan tugas tersebut tidak akan dicek setiap minggunya melainkan pada saat pemberian nilai akhir nantinya (pada saat setelah melaksanakan UAS). Hal ini berkaitan dengan adanya reinforcement oleh dosen pengampuh mata kuliah psikologi belajar yang setelah adanya pengecekan tugas akan ada mahasiswa yang ditegur untuk memperbaiki ataupun membuat tugas bagi yang tidak mengerjakan. Sehingga pengerjaan tugas oleh para mahasiswa tetap terkontrol. 
Sedangkan pada pemberian tugas oleh para dosen mata kuliah lain itu tidak akan ada teguran bagi yang tidak mengerjakan melainkan hanya akan ada pengurangan nilai bagi yang tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan. Sedikit sharing, saya pernah lupa melaksanakan tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab besar. Ketika itu saya melaksanakan ujian mata kuliah Psikologi Belajar melalui blog, namun harus mengabsen diri di kantor dosen tersebut, namun sialnya saya lupa mengabsenkan diri sehingga saya ditegur dan diberikan reinforcement negatif yaitu mengerjakan tugas dan keesokan harinya baru boleh absen. Hal ini saya sadari sebagai adanya kontrol dari dosen untuk membuat mahasiswa bertanggung jawab atas apa yang ia kerjakan.
Beberapa hal ini yang dapat saya bandingkan antara mata kuliah psikologi belajar dengan mata kuliah lain yang saya ambil pada semester ini. 


Kajian Teori :
  1. Menurut Paradigma Pengkondisian Klasik, dikenal adanya refleks, misalnya reaksi otomatis masuknya benda asing ke mata, maka mata akan refleks mengedipkan mata. Dalam hal ini, saya aneh dengan pengampuh mata kuliah psikologi belajar mengapa tidak ada refleks untuk mengerjakan tugas pada diri masing-masing, yang diberikan dosen dalam pelaksanaan tugas.
  2. Dalam teori Skinner, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Dalam pemberian tugas yang tidak dikerjakan oleh mahasiswa pengampuh psikologi belajar akan ditegur oleh dosen berarti ada penguatan negatif yang diberikan.
  3. Dalam teori Robert Gagne, ada 5 variasi belajar salah satunya strategi kognitif (proses kontrol  pelaksana yang mengatur pemikiran dan belajar dari pemelajar). Dosen disini telah melakukannya misalnya dalam setiap pemberian tugas, dosen melakukan kontrol dan mengatur pemikiran dan pembelajaran sehingga para mahasiswa mampu melakukan tugas yang ia berikan dengan maksimal (bagi yang mengerjakan). Mengingat banyak yang tidak mengerjakan.

Jumat, 14 Desember 2012

Perbandingan Pemberian Tugas Psi.Belajar dengan mata kuliah lain pada semester Ganjil T.A. 2012/2013


Perbandingan pemberian tugas pada mata kuliah Psikologi Belajar Tahun Ajaran 2012/ 2013 dengan pemberian tugas pada mata kuliah lain yang ada di Semester Ganjil sebenarnya kalau dilihat dari cara pengajarannya dengan mata kuliah lain sudah jelas banyak perbedaannya. Dalam observasi saya selama satu semester ini ketika saya mengikuti mata kuliah Psikologi Belajar, saya sangat senang dalam mengikuti alur yang diberikan, mengapa? Hal ini dikarenakan, alur pengerjaan tugas, topik apa yang dipelajari semua itu jelas. pemberian tugas yang diberikan itu mempunyai jawaban yang dapat dicari dengan mudah oleh mahasiswa karena buku pegangan “Learning and Instruction” mempunyai semua jawabannya. Sebelum membandingkan perbedaan pemberian tugas, tidak salahnya kalau saya mulai dengan persamaannya dahulu. Adapun persamaan yang dapat saya tangkap dan lihat antaranya adalah yang pertama, mata kuliah psikologi belajar dengan mata kuliah lain yang ada di semester ini adalah dosen dalam pemberian tugas sama-sama tidak ada memberikan punishment untuk mahasiswa baik dosen psikologi belajar ataupun dosen mata kuliah lain. Punishment yang dimaksudkan disini ialah punishment yang berbentuk hukuman fisik, verbal (memaki atau membentak) atau hukuman langsung yang terlihat. Yang kedua, Dosen psikologi belajar dengan dosen mata kuliah lain dalam pengajaran perkuliahannya menggunakan buku pegangan yang telah ditentukan sebelumnya dalam kontrak kuliah. Yang ketiga, Pengajaran dalam psikologi belajar dengan mata kuliah lain dalam pengantaran bahan ajar itu menggunakan proyektor untuk memudahkan menjelaskan bahan ajar kepada para mahasiswa. Sampai-sampai seperti terlihat sangat bergantung pada teknologi sekarang ini, bahkan ada dosen yang tidak bisa mengajar kalau tidak ada ketersediaan proyektor dan bergantung pada listrik untuk kegiatan belajar mengajar yang memadai menurutnya. Yang keempat, Pengajaran maupun pemberian tugas oleh dosen sama-sama disampaikan dengan jelas oleh masing-masing dosen mata kuliah. Hal ini jelas terlihat bahwa penyampaian tugas disampaikan dengan jelas, karena kalau ada dosen yang tidak menjelaskan bagaimana sistematika pengerjaan tugas yang ia berikan kepada mahasiswa, pastinya mahasiswa pengampuh mata kuliah tersebut akan merasa kebingungan ataupun yang paling parah ialah para mahasiswa sama sekali tidak mengerti apa yang seharusnya ia kerjakan. Dan dalam kenyataannya seperti yang disampaikan bahwa para dosen jelas dalam penyampaian tugasnya sehingga para mahasiswa dapat menggunakan kemampuan yang mereka miliki masing-masing untuk menyelesaikan tugas yang diberikan para dosen setiap mata kuliah. Yang kelima, Persamaannya lagi baik dosen psikologi belajar maupun dosen mata kuliah lain pemberian tugas ada diberikan batas waktu  dalam pengerjaannya oleh para mahasiswa. Hal ini jelas terlihat misalnya saja tugas yang satu ini, dosen memberikan waktu seminggu untuk menyelesaikannya dan misalnya untuk mata kuliah lain misalkan saja mata kuliah konstruksi alat ukur, pemberian tugas yang diberikan dosen jelas bahwa akan di kumpul misalnya 2 hari kemudian setelah pemberian tugas. Lalu persamaan yang keenam, mengenai pemberian tugas baik dalam mata kuliah psikologi belajar maupun mata kuliah lain itu ialah dosen dalam memberikan tugas, berusaha secara maksimal untuk mengajak keaktifan mahasiswa untuk melihat, belajar, menganalisis dan mempelajari lebih dalam mengerjakan tugas yang telah ia berikan. Mengapa saya dapat mengatakan demikian? Hal ini dirasakan sendiri oleh saya sebagai pengampuh mata kuliah psikologi belajar dan mata kuliah lain yang ada pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012/ 2013 ini. Dapat saya jelaskan apa yang saya maksudkan dengan “berusaha secara maksimal untuk mengajak keaktifan mahasiswa” ialah pemberian tugas oleh dosen yang ia jelaskan secara jelas lalu mahasiswa dibiarkan mengerjakan tugas itu dengan sendirinya baik dengan bertanya pada orang lain, atau melakukan browsing, atau dengan membaca buku-buku yang ada diperpustakaan mahasiswa diajarkan untuk aktif dalam pelaksanaan pengajaran dan mengerjakan tugas untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Perbandingan pemberian tugas pada mata kuliah Psikologi Belajar Tahun Ajaran 2012/ 2013 dengan pemberian tugas pada mata kuliah lain yang ada di Semester Ganjil ini untuk yang pertama ialah tugas yang diberikan pada mata kuliah psikologi belajar ada tugas sebelum masuk kuliah, saat kuliah ataupun setelah kuliah, sedangkan pada mata kuliah lain hanya ada tugas setelah perkuliahan selesai. Yang kedua, pemberian tugas oleh dosen mata kuliah psikologi belajar biasanya diberikan tugas ataupun materi tugas yang harus dikerjakan bisa melalui buku pegangan saja sudah dapat digunakan secara maksimal sedangkan kalau dosen mata kuliah lain itu biasa tugasnya bukan hanya berdasarkan buku pegangan yang telah disepakati saja, namun ada menggunakan buku-buku yang mengharuskan kita untuk mencari dari jurnal-jurnal dan e-book untuk mengerjakan tugas sehingga agak ribet tersebut meskipun tidak semua mata kuliah lain selain psikologi belajar yang seperti itu. Yang ketiga, ialah dalam sistematika pengajaran dan pemberian tugas dalam psikologi belajar biasanya berlandaskan tugas kelompok dan individu dibentuk kedalam kelompok-kelompok. Sedangkan pada mata kuliah lain (contoh: mata kuliah inventori kepribadian) tugas yang diberikan dikerjakan masing-masing individu meskipun individu-individu di bentuk ke dalam kelompok-kelompok kecil. Yang Keempat, dalam pemberian tugas mata kuliah psikologi belajar dosen menggunakan fasilitas e-learning dengan baik melalui blog masing-masing mahasiswa. Dan dosen dari adanya fasilitas e-learning ini dapat mengevaluasi kinerja mahasiswa. Sedangkan kalau pada mata kuliah yang lain tidak ada yang menggunakan fasilitas e-learning dalam pengajaran maupun pada proses pemberian tugas kepada mahasiswa. Bisa dibanggakan deh psikologi belajar kita. Yang kelima itu ialah pemberian tugas dalam psikologi belajar yang menggunakan blog biasanya setiap minggu akan di cek oleh dosen pengampuh kita dan akan diketahui siapa yang ada mengerjakan ataukah tidak mengerjakan, tetapi kalau pada dosen mata kuliah lain pengerjaan tugas tersebut tidak akan dicek setiap minggunya melainkan pada saat pemberian nilai akhir nantinya (pada saat setelah melaksanakan UAS). Hal ini berkaitan dengan adanya reinforcement oleh dosen pengampuh mata kuliah psikologi belajar yang setelah adanya pengecekan tugas akan ada mahasiswa yang ditegur untuk memperbaiki ataupun membuat tugas bagi yang tidak mengerjakan. Sehingga pengerjaan tugas oleh para mahasiswa tetap terkontrol. Sedangkan pada pemberian tugas oleh para dosen mata kuliah lain itu tidak akan ada teguran bagi yang tidak mengerjakan melainkan hanya akan ada pengurangan nilai bagi yang tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan. Sedikit sharing, saya pernah lupa melaksanakan tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab besar. Ketika itu saya melaksanakan ujian mata kuliah Psikologi Belajar melalui blog, namun harus mengabsen diri di kantor dosen tersebut, namun sialnya saya lupa mengabsenkan diri sehingga saya ditegur dan diberikan reinforcement negatif yaitu mengerjakan tugas dan keesokan harinya baru boleh absen. Hal ini saya sadari sebagai adanya kontrol dari dosen untuk membuat mahasiswa bertanggung jawab atas apa yang ia kerjakan.
Beberapa hal ini yang dapat saya bandingkan antara mata kuliah psikologi belajar dengan mata kuliah lain yang saya ambil pada semester ini. 

Rabu, 05 Desember 2012

Observasi Yess!!!


LAPORAN OBSERVASI
Nama observer : Venti Ayu Wibawa (10-070)
Kelas yang diobservasi : XII MM-4 (SMK Tritech Informatika)
Mata Pelajaran : Pelajaran Agama Islam
Waktu Observasi : 11.50 - 12.15
Durasi Observasi : 25 menit
Jumlah Siswa : 21 Orang
Media pembelajaran yang digunakan : Laptop, LCD
Media Pembelajaran yang digunakan siswa : Kertas dan pulpen
Alat Observasi : Kertas berisi tabel panduan observasi, pensil, kamera

Situasi fisik kelas : Kelas berukuran kira-kira 4x6 meter, terdapat bangku siswa yang disusun berderetan baris kebelakang sebanyak 5-6 kursi tiap barisnya (ada 4 baris), namun ada 1 kursi yang letaknya menghalangi jalan menuju papan tulis dan meja guru karena berada pada lorong menuju ke depan ruangan kelas, lalu meja guru terletak disebelah sudut kanan depan ruangan kelas, di sudut kiri ruangan kelas terdapat sekumpulan kursi/meja lipat yang tidak terpakai namun tersusun rapi, terdapat layar LCD di atas papan tulis (white board) di bagian tengah, disebelah layar LCD terdapat sebuah AC, dan disisi sebelahnya lagi terdapat sebuah ventilator, di dinding tepatnya dibawah AC terdapat beberapa lembar kertas yang di tempel di dinding yang mana berisi jadwal dan uraian kelompok-kelompok, lalu dibagian tengah ruangan tepatnya di tengah dinding sebelah kiri terdapat sebuah kipas angin dan dinding sebelah kanan terdapat sebuah jam dinding, penerangan di kelas bisa dikatakan cukup, karena lampu ruangan digunakan lampu tube yang panjang dan cat dinding tersebut putih bersih sehingga saat dilakukan observasi hanya ada 2 lampu yang dihidupkan sudah cukup terang. Ada beberapa coretan di papan tulis yang bisa dikatakan tidak perlu karena seperti gambaran-gambaran atau coretan-coretan gambar parasut, orang-orangan yang sepertinya bukan pelajaran dari para siswa.

Berikut beberapa gambar situasi kelas:





Tabel panduan yang digunakan ialah tabel 5.2 (Tinjauan atas Lima Variasi Belajar)

Dalam tabel terdapat 5 kategori belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, sikap.
Dalam observasi yang saya lakukan pada kelas XII MM-4, kelas tersebut sedang mengikuti TUK (Tes Uji Kemampuan) mata pelajaran Agama Islam, dikarenakan pada minggu depan akan ada ujian untuk para murid maka sebelum itu, guru memberi kebijakan untuk melakukan Tuk terlebih dahulu. Tidak banyak yang dapat saya lihat dari kelas ini, dikarenakan tidak ada proses mengajar dalam kelas (berhubung sedang ujian). Namun, bisa disimpulkan dalam keadaan kelas yang sedang ujian pasti melakukan strategi kognitif, dimana strategi kognitif yang dimaksud ialah mengelola ingatan mereka terhadap apa yang telah diajarkan dan dipelajari, mengatur pemikiran mereka terhadap apa yang harus dituangkan dalam kertas jawaban dan menentukan bagaimana mereka menggunakan keterampilan intelektual (menggunakan simbol untuk mencirikan jawaban tertentu). Juga variasi belajar Sikap dilakukan para siswa, dimana para siswa yang harusnya mengerjakan ujian tersebut individual, mereka (beberapa murid) malah bertanya jawaban pada teman sekelasnya. Hal ini menunjukkan adanya predisposisi ke tindakan negatif terhadap peristiwa yang sedang dihadapi murid tersebut. Beberapa siswa terlihat menggerakkan jari-jari sambil melihat murid yang lain sambil bertanya jawaban dan terdapat pergerakan balasan dengan menunjuk lutut dari siswa tersebut (bisa dikatakan ini membuktikan adanya keterampilan intelektual dalam menggunakan simbol-simbol seperti menunjuk lutut, dahi untuk memberikan balasan jawaban dimana setiap simbol digunakan untuk membedakan antara jawaban yang satu dengan yang lain). Menurut saya, sang guru juga melakukan variasi belajar informasi verbal, dimana guru menyatakan beberapa pernyataan sebelum dilakukannya tes uji kemampuan seperti cara menjawab soal, menunjukkan penampilan soal yang ditampilkan dilayar LCD, dan mengkomunikasikan informasi yang ia berikan dengan siswa. 


Tabel analisis hasil yang digunakan ialah Tabel 5.5 (Asumsi Tentang Desain Pembelajaran)

Dalam hal ini, siswa yang sedang mengikuti Tes uji kemampuan yang dilaksanakan dikelas dengan mengunakan media LCD untuk menampilkan soal-soal atau pertanyaan seperti pada pembelajaran yang didasarkan pada cara siswa belajar biasanya (berdasarkan wawancara pada guru, bahwa para siswa sehari-hari belajar dengan menggunakan media power point di laptop sehingga siswa bebas menggunakan laptop kapanpun dan dimanapun). Pembelajaran dengan sistem seperti ini dapat dikatakan cukup memfasilitasi belajar siswa secara individual karena bahan ajar yang akan diberikan, telah dimiliki siswa secara individual. Saat observasi para siswa sedang melakukan TUK hal ini dapat dikatakan adanya perpaduan pengetahuan tentang pembelajaran dengan uji coba pembelajaran yang sedang dilakukan, hal ini seharusnya digunakan guru untuk melakukan rencana pembelajaran yang bukan sekedar memberikan lingkungan yang mengasuh namun guru disini harusnya lebih kompeten dalam mengajar. Pelaksanaan TUK dalam kelas observasi ini dapat dikatakan bahwa guru telah merencanakan pembelajaran jangka panjang dikarenakan pelaksanaan TUK ini untuk melihat kemampuan siswa sebelum dilakukannya ujian. 

Komentar: 
Kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar oleh SMK Tritech Informatika khususnya untuk kelas yang saya observasi (XII MM-4) yang sudah menggunakan media yang canggih, berupa layar LCD, Laptop, yang memudahkan para siswa untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dalam proses belajarnya. Namun karena telah tersedianya bahan ajar sang guru oleh para siswa, maka siswa cenderung kurang memperhatikan saat guru menjelaskannya dikelas, para murid malah berbicara satu sama lain tanpa menghiraukan sang guru. Pelaksanaan tes uji kemampuan (ujian) juga tetap menggunakan media LCD dan laptop dengan cara menyajikan soal-soalnya. Saat observasi juga dapat terlihat bahwa guru kurang/bahkan tidak mengontrol kelasnya. Kelas yang sedang ujian dibiarkan dalam keadaan yang kurang kondusif, seperti murid yang bertanya-tanya pada temannya sehingga menjadi ribut, murid di biarkan melempar-lempar alat tulis kepada temannya dan sebagainya. 

Testimoni:
Observasi yang saya lakukan di sekolah SMK Tritech Informatika cukup mengesankan, karena menambah pengalaman saya juga menambah wawasan saya mengenai cara mengajar di sekolah. Tidak seperti halnya sekolah-sekolah lain yang biasanya mengajar dengan cara yang cukup monoton, sekolah ini sangat menghargai teknologi zaman sekarang. Dimana para siswa sangat didekatkan dengan IT, karena dalam sistem pengajaran, memperoleh pengetahuan semuanya dilakukan dengan teknologi. Nice school, keadaan kelas yang bersih dan tertata rapi juga mungkin dapat memotivasi siswa untuk tetap semangat.
Saran yang dapat saya berikan ialah terkhusus kepada para pengajar dimana pengajar diharapkan dapat membimbing siswa, membimbing disini bukan hanya membantu siswa dalam belajar, melainkan juga dalam menguasai kelas untuk tetap dalam kondisi kondusif, nyaman, tidak ribut, dan membimbing siswa untuk memiliki akhlak, moral, dan akal budi yang baik sehingga siswa nantinya ketika terjun dalam masyarakat akan menjadi orang yang mempunyai wawasan, tata krama yang baik dan dapat memahami keadaan di masyarakat sehingga tidak canggung. 
Nice school.. :)
Thank you SMK Tritech Informatika,
Thank you Bu Dina yang telah memberikan kesempatan dan pengalaman yang baru.
:)

Senin, 03 Desember 2012

EVALUASI TUGAS MID


Pada proses perencanaan pengaplikasian Teori Piaget yang kami lakukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester ada beberapa kekurangan yang harusnya dapat kami perbaiki menjadi lebih baik. Salah satu kekurangan kami adalah langkah pengaplikasian / skenario pelaksanaan dikelas yang ternyata kurang efektif sehingga membuat mahasiswa menjadi binggung dengan apa yang kami sampaikan. Oleh karena itu kami mencoba untuk menegaskan skenario pengaplikasian desain blog di kelas sekaligus menuliskan kembali sedikit penjelasan mengenai teori dasar Jean Piaget yang kami buat sebagai acuan dari proses pembelajaran yang ingin kami laksanakan.
Pengaplikasian teori dari tokoh Jean Piaget (Teori Perkembangan Kognitif) dalam kehidupan sehari-hari bisa dikatakan sering kita lakukan tanpa kita sadari. Dalam perkembangan kognitif Jean Piaget, ada 4 tahap:
  1. Tahap Sensori Motor (saat lahir - 1 tahun)
  2. Tahap Pra-Operasional (2-3 tahun - 7-8 tahun)
  3. Tahap Operasional Konkret (7-8 tahun - 12-14 tahun)
  4. Tahap Operasional Formal (di atas 14 tahun)
Dalam hal ini, kami (kelompok) mengaplikasikan teori Piaget dalam tahap operasional formal. Tahap Operasional Formal ciri utamanya adalah bahwa seseorang dapat menangani situasi multifaktor (berbeda dengan situasi dua-faktor saja). Pemikir Operasional formal mampu mengonseptualisasikan semua kombinasi faktor dalam situasi tertentu. Kelompok kami mengaplikasikan teori Piaget ini kedalam hal 'blog'
Alasan mengapa kami mengatakan 'blog' sebagai aplikasi dari teori Piaget?
Hal ini dikarenakan di tahap operasional formal ini bahwa orang-orang pada tahap ini telah mampu berpikir abstrak dan menangani situasi multifaktor, mampu mengonseptualisasikan semua kombinasi faktor dalam situasi tertentu. Misalnya mengedit tata letak dari blog tersebut. Dalam mengedit tampilan blog kita, kita memperhatikan sisi keindahan, kerapian, keteraturan tata letaknya, juga memperhatikan sisi ergonomisnya. Hal ini jelas menyangkut dengan tahap operasional formalnya dalam hal membuat design tata letak saja kita perlu memperhatikan banyak hal, kita terlebih dahulu membayangkan bagaimana hal yang akan kita lakukan (berpikir abstrak), juga kita konseptualisasikan apa yang harus kita lakukan dengan mengkombinasikan hal-hal yang diperlukan dalam memperhatikan sisi-sisi yang kita inginkan. Misalnya untuk keindahan, kita tambahkan animasi-animasi, gambar-gambar, mengedit template, warna-warna yang indah dan cocok, juga tidak menyakitkan mata saat melihat blognya.

Skenario pelaksanaan yang akan dilakukan dikelas berupa :
-     -  Setiap mahasiswa diminta untuk membentuk 2 kelompok.
-     -  Setelah membentuk kelompok, para pembimbing yang terdiri dari dua orang akan bergabung ke setiap kelompok untuk membantu memberi arahan yang diberikan oleh pembimbing utama yang akan mempresentasikan penggunaan blog di depan kelas.
-    -   Setelah proses pembelajaran dilakukan maka 4 orang mahasiswa yang masing-masing 2 orang dari satu kelompok akan diminta untuk mempraktekkan pendisainan blog yang telah dipelajari dengan menggunakan kreatifitas yang mereka miliki.

Salah satu contoh proses pendesainan yang akan diajarkan terdiri dari beberapa langkah-langkah di bawah ini: Sebelum kita mengaplikasikan apa yang mau kita lakukan dalam mengedit, biasa kita telah memikirkan dalam pikiran kita secara abstrak apa yang akan kita lakukan sebelum melakukannya.

Selasa, 13 November 2012

Ditanya kenapa????

Sehubungan dengan adanya kasus mengapa mahasiswa psikologi USU yang mengambil mata kuliah psikologi belajar TA 2012/2013 semester ganjil tidak memberikan tanggapan di grup sehubungan dengan rencana melakukan observasi di lapangan.
Jika dibahas dengan teori Gagne tentang belajar, maka ada lima ragam belajar dan di dalamnya ada informasi verbal yang mengacu pada akuisisi label, fakta, memilih teks yang terkoneksi secara bermakna dan mengorganisasikan bagian informasi. Hasil dari informasi verbal adalah menyatakan informasi. Dan hal ini tidak dilakukan oleh para pengampuh psikologi belajar. 
Dalam teori Gagne, juga ada tipe kapabilitas ada belajar kaidah yang lebih tinggi (pemecahan masalah), yang dimaksud adalah memilih aturan subordinat dari ingatan untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikannya pada urutan yang tepat. Dan hal ini yang dilakukan mahasiswa karena tidak memberikan tanggapan untuk memecahkan masalah dalam hal akan dilakukannya observasi.
Padahal dengan adanya observasi yang akan dilakukan ini, menurut teori Gagne, belajar ketrampilan tertentu akan memberikan kontribusipada belajar ketrampilan yang lebih kompleks hasilnya adalah kompetensi intelektual yang terus meningkat.

kalau dibahas dengan teori Piaget,
dalam periode pra-operasional, anak membuat keputusan tentang kejadian berdasarkan petunjuk perseptual dan tidak membedakan antara realitas, kemungkinan dan keniscayaan. dalam situasi pemecahan masalah.
hal ini tidak dilakukan oleh para mahasiswa, mahasiswa dalm hal ini dipertanyakan apakh sudah mencapai pra-operasional atau belum.
fokus teori Piaget adalah pengembangan pemikiran logis, karena ia tidak memasukkn pedoman khusus untuk pembelajaran. akan tetapi ,pedoman umum untuk pembelajaran yang berguna membantu siswa berpikir, dapat berdasarkan teorinya.

Dengan teori Bandura,  secara jelas dapat dilihat bahwa ketidakadaan hukuman. menurut teori Bandura antisipasi akan dikenakannya hukuman biasanya membuat orang menahan diri untuk melakukan tindakan yang dilarang. akan tetapi, ketika seseorang tidak dihukum atas pelanggaran, informasi yang disampaikan kepada pengamat adalah pelanggaran dapat dibenarkan. Hal ini yang terjadi bahwa ketidakadanya hubungan membuat mahasiswa melakukan hal itu tidak sepenuh hati.

ada 4 jenis pengaruh yang berkontribusi pada keyakinan seseorang tentang ketangguhan dirinya yaitu pengalaman penguasaan, pengalaman pengganti, persuasi sosial, serta keadaan emosional dan fisiologis.
Hal ini jika dikaitkan, bahwa ada ketakutan dari mahasiswa yg takut tidak mampu melakukan karena adanya pengalaman, juga karena sosial yang takutnya tidak mendukung dalam melakukan observasi itu, juga keadaan emosional dan fisiologis yang tidak dapat di ramalkan atau diperkirakan.

Selasa, 30 Oktober 2012

OMG..nggak tanda tangan absen

Aduh..ampun..lupa ada jadwal tanda tangan absen lebih pagi hari ini. Berangkat dari rumah aja jam 9 pagi..sampai kampus jam 10, cuma teringat ujian jam 12..yah..kena punishment dech.. 
Ada hikmah nya juga, belajar dari pengalaman. Mungkin dengan adanya punishment ini, nggak akan terulang lagi hal seperti ini. Sepertinya teori yang bisa dikaitkan dengan hal yang terjadi hari ini ialah teorinya skinner, ada penguatan positif dan penguatan negatif. Yang diberikan bu Dina ini seperti penguatan negatif.
Agar tidak terulang lagi hal seperti ini, ada sedikit punishment yang harus dikerjakan, meskipun banyak bahan yang harus dipelajari untuk ujian besok.
Tetap semangat..untuk ujian..Tetap semangat jalani hari.. 

Permintaan maaf diberikan untuk bu Dina sebesar-besarnya..
Saya berharap hal seperti ini tidak akan terjadi lagi untuk kedepannya. :(

Selasa, 23 Oktober 2012

Pembahasan Jurnal

PEMBELAJARAN TEMATIK DAN PEMBELAJARAN FRAGMENTED DI SEKOLAH DASAR

Abstrak : Pendekatan berorientasi pada peserta didik dan pembelajaran tematik dalam proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Kedua pendekatan itu terlihat jelas dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar yang sekarang ini diterapkan. Setelah menelaah pendekatan tematis secara konseptual dan membandingkannya dengan pendekatan fragmented, tulisan ini mengidentifikasi sejumlah kesulitan guru melaksanakan pembelajaran tematis. Tulisan ini menemukan, pembelajaran tematis memudahkan peserta didik memahami konsep-konsep secara holistik tetapi pembelajaran fragmented juga masih diperlukan untuk lebih memahami pokok bahasan tertentu.

Pembahasan jurnal:
Dalam bab 6 : Pemrosesan Informasi, ada dituliskan komponen utama belajar adalah:
  1. kerangka belajar, yang mencakup pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajar dan organisasi informasi yang akan dipelajari
  2. proses yang diidentifikasi dalam model memori multitahap dan interaksinya. (persepsi, pengkodean, dan pengkonstruksian makna, interaksi antara memori kerja dengan memori jangka panjang, dan retrieval.
Dalam jurnal yang saya bahas, ada dibuat kerangka belajar tematik untuk para murid yang dipersiapkan oleh para guru. Peran guru dalam pembelajaran tematik dan pembelajaran fragmented sebagai fasilitator, mediator, dan orang tua bagi siswa SD. Artinya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeksplorasi sendiri dan guru membimbing tahap demi tahap untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya dengam menyediakan media atau pertanyaan yang bersifat membimbing, dan lain-lain. (Menjelaskan tentang komponen utama belajar).
Adanya proses bimbingan dari para guru, guru juga memberikan penguatan pada siswa tentang apa yang dibahas / dipelajari pada hari tersebut, selain itu untuk mengetahui sejauh mana siswa sudah dapat menerima pelajaran, menindak lanjuti materi dengan memberi PR atau penugasan pengamatan yang berkaitan dengan materi yang sudah terpadu (retrieval)

Komponen utama dalam pembelajaran dari perspektif pemrosesan informasi adalah memperkaya pengetahuan yang telah dimiliki pemelajar, mengorganisasikan materi yang akan dipelajari, memfasilitasi perhatian pemelajar,mengkodekan dan mengonstruksikan makna, dan mengajari siswa strategi untuk memperkaya pemahaman mereka.
Dalam jurnal ini dikatakan guru SD dari tiap jenjang untuk mewadahi diskusi dalam membuat perencanaan hingga pelaksanaan mengajar di kelas. Agar pembelajaran lebih memotivasi siswa sebaiknya para siswa diajak terlibat untuk menyiapkan media dengan menggunakan pendekatan lingkungan, menggunakan bahan ajar mata pelajaran yang terdiri dari konsep dan latihan menekannkan pada keterampilan berpikir dan menggunakan metode dan teknik mengajar yang bervariasi.

Resume:
Pembelajaran fragmented sebagai suatu pendekatan belajar mengajar suatu mata pelajaran yang utuh tanpa mengkaitkan mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Sedangkan,
Pembelajaran tematik sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalm satu tema untuk memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.
Pembelajaran tematik atau pembelajaran fragmented baik dilaksanakan di kelas SD dengan catatan pembelajaran dilaksanakan dengan melihat sudut pandang kebutuhan dan perkembangan siswa. Tidak ada suatu pembelajaran yang dianggap paling ideal untuk dilaksanakan di SD. Tergantung situasi dan kondisi serta kebutuhan dari setiap sekolah. Setiap pembelajaran tentu ada kelebihan dan kendalanya. Tergantung pada para guru untuk mengantisipasi kendala pembelajaran tersebut.

UTS (Teori Jean Piaget)

Kelompok 4:
Deepraj Kaur (10-051)
Venti Ayu Wibawa ( 10-070)
Riana Octhaviany (10-079)

Pengaplikasian teori dari tokoh Jean Piaget (Teori Perkembangan Kognitif) dalam kehidupan sehari-hari bisa dikatakan sering kita lakukan tanpa kita sadari. Dalam perkembangan kognitif Jean Piaget, ada 4 tahap:
  1. Tahap Sensori Motor (saat lahir - 1 tahun)
  2. Tahap Pra-Operasional (2-3 tahun - 7-8 tahun)
  3. Tahap Operasional Konkret (7-8 tahun - 12-14 tahun)
  4. Tahap Operasional Formal (di atas 14 tahun)
Dalam hal ini, kami (kelompok) mengaplikasikan teori Piaget dalam tahap operasional formal. Tahap Operasional Formal ciri utamanya adalah bahwa seseorang dapat menangani situasi multifaktor (berbeda dengan situasi dua-faktor saja). Pemikir Operasional formal mampu mengonseptualisasikan semua kombinasi faktor dalam situasi tertentu.
Kelompok kami mengaplikasikan teori Piaget ini kedalam hal 'blog'
Alasan mengapa kami mengatakan 'blog' sebagai aplikasi dari teori Piaget?
Hal ini dikarenakan di tahap operasional formal ini bahwa orang-orang pada tahap ini telah mampu berpikir abstrak dan menangani situasi multifaktor, mampu mengonseptualisasikan semua kombinasi faktor dalam situasi tertentu. 
Misalnya mengedit tata letak dari blog tersebut. Dalam mengedit tampilan blog kita, kita memperhatikan sisi keindahan, kerapian, keteraturan tata letaknya, juga memperhatikan sisi ergonomisnya. Hal ini jelas menyangkut dengan tahap operasional formalnya dalam hal membuat design tata letak saja kita perlu memperhatikan banyak hal, kita terlebih dahulu membayangkan bagaimana hal yang akan kita lakukan (berpikir abstrak), juga kita konseptualisasikan apa yang harus kita lakukan dengan mengkombinasikan hal-hal yang diperlukan dalam memperhatikan sisi-sisi yang kita inginkan. Misalnya untuk keindahan, kita tambahkan animasi-animasi, gambar-gambar, mengedit template, warna-warna yang indah dan cocok, juga tidak menyakitkan mata saat melihat blognya.

Dalam mengedit ada beberapa langkah-langkah di bawah ini:
Sebelum kita mengaplikasikan apa yang mau kita lakukan dalam mengedit, biasa kita telah memikirkan dalam pikiran kita secara abstrak apa yang akan kita lakukan sebelum melakukannya.







Rabu, 10 Oktober 2012

Teori Skinner dalam kehidupan nyata

Stimulus yang diberikan ialah berupa kertas sertifikat bekas yang tidak digunakan lagi, karton kecil, dan 1 lembar kertas HVS. Ketiga stimulus ini diberikan begitu saja dan hanya diberikan intruksi untuk melakukannya terserah mau dipakai buat apa. 
Dalam pembahasan teori Skinner, kita mengenal hal yang harus dihindari dalam mendeskripsikan penguatan. "Penguatan tidak boleh dideskripsikan sebagai sesuatu yang menyenangkan atau memuaskan. Deskripsi ini mengasumsikan bahwa: 
(a). individu dapat mendeskripsikan perasaannya secara objektif
(b). penguatan memperkuat perilaku dan menghasilkan perasaan tertentu.
(c). penguatan terjadi sendiri-sendiri
Namun, perasaan adalah subjektif, dan kehadiran perasaan tertentu bukan syarat bagi stimulus untuk memperkuat perilaku.
Teori Skinner ini terbukti dalam hal yang telah saya kerjakan, dimana ketika saya diberikan stimulus ketiga benda tersebut, pertama yang saya pikirkan ialah kertas HVS biasa digunakan untuk menggambar. Gambar apa yang akan saya gambar? Tiba-tiba saja tersirat di pikiran saya tentang panda. Panda adalah hewan yang sangat disukai seseorang. Lalu, saya pun mulai menggambarkan panda, hal ini membuktikan "individu dapat mendeskripsikan perasaannya secara objektif". Lalu adanya sertifikat perasaan yang mengingatkan seseorang dalam pikiran saya (penguatan) membuat saya makin termotivasi untuk mengekspresikan rasa yang saya dapatkan saat itu (perilaku saya).  Membuktikan juga penguatan terjadi sendiri-sendiri.

Karya yang telah saya buat ialah berupa pajangan meja di kantor dimana kata-kata motivasi yang tertulis untuk menyemangati ketika orang sedang bekerja dan tidak menyerah dengan apa yang ia kerjakan.


Selasa, 09 Oktober 2012

Penguatan (Skinner) terhadap hidup

Pengalaman ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar, saya pernah mendapat nilai merah (20) untuk pelajaran bahasa indonesia. Ketika itu saya sakit beberapa minggu sebelum ujian dan libur untuk beberapa minggu. Ketika saya masuk sekolah kembali, saya tidak ada persiapan sama sekali untuk ujian bahasa indonesia sehinngga nilai yang saya dapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saat pembagian rapor, nilai saya bisa dikatakan tinggi, kecuali pelajaran bahasa indonesia. Karena saya takut dimarah orang tua, saya menandatangani rapor saya sendiri. Lalu mengembalikannya kepada wali kelas. Namun ketika itu, wali kelas saya mengetahui bahwa saya yang menandatangani rapor sendiri dan melaoprkannya pada orang tua saya. Ketika dirumah, orang tua memarahi saya dan menasehati saya bahwa nilai merah bukan masalah dan yang terpenting saya sudah usaha dan agar saya tidak menandatanganinya sendiri lagi.
Pembahasan yang saya bahas ialah dengan teori Skinner dikatakan bahwa ada penguatan positif dan juga penguatan negatif. Dalam hal ini, orang tua saya memperkuat perilaku melalui penghentian atau penghilangan perilaku. Kemudian setelah dinasehati oleh orang tua saya, saya pun bisa dikatakan lebih berusaha untuk mendapatkan mana yang lebih baik dan tidak mendapat nilai merah lagi dan saya selalu memberikan rapor saya pada orang tua saya dan jika ada nilai merah saya mencoba jujur dan memberikan rapor tersebut kepada orang tua saya. Dalam kasus ini juga saya melakukan escape behavior dimana memberikan respon yang menimbulkan penghentian dan penghilangan stimulus diskriminatif, misalnya belajar agar tidak mendapatkan nilai merah dan agar dapat menghilangkan sikap untuk tidak memberi rapor pada orang tua.

Senin, 08 Oktober 2012

Kinky Boots


Nama Kelompok :

KINKY BOOTS
Sinopsis :
Film ini menceritakan tentang suatu pabrik sepatu pria yang hampir bangkrut yang  terjadi pada diri Charlie Price, setelah ayahnya meninggal dia baru menyadari bahwa pabriknya dalam keadaan yang hampir bangkrut. Charlie terpaksa memecat beberapa karyawannya, karena ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan lagi. Charlie hanya bisa mengatakan “ini semua salahku, apa yang harus aku lakukan?”, seolah-olah tidak ada usaha sedikitpun untuk melakukan perbaikan. Maka, ada salah seorang karyawannya yang melakukan protes padanya dan hal ini memicu Charlie untuk berpikir keras menyelamatkan pabrik warisan ayahnya “Price & Son”. Charlie akhirnya bertemu dengan seorang waria bernama Lola (Simon) dan mendapatkan ide untuk membuat sepatu khusus waria dan menjadikan Lola sebagai designernya. Hal ini dikarenakan ia melihat pangsa pasar para waria sangat terbuka lebar. Penerimaan Lola bekerja di pabriknya menimbulkan pro-kontra di dalam perusahaan itu sendiri dan akhirnya untuk mengenalkan produk sepatu khusus waria tersebut maka Charlie membawa semua hasil rancangannya ke Milan karena Milan adalah pusat mode dunia. Charlie bekerja keras agar produk yang dibuatnya terkenal di Milan, yang membuat ia dan karyawannya salah paham dan mereka pun akhirnya mengerti karena mereka mengetahui Charlie benar-benar ingin agar produk yang dipasarkannya sukses dan pabriknya tidak bangkrut. Kerja keras membuat hubungan ia dan tunangannya tidak harmonis dan putus karena tunangannya selingkuh. Ketka di Milan, Lola dan tim penarinya tidak hadir dan membuat semuanya berada di luar kendali. Sebagai pengganti Lola, Charlie maju sebagai model dan membuat hal konyol dan pada saat itu penolong yang diharpkannya menolong datang di saat yang tak terduga. Hal yang patut dicontoh ialah Charlie mampu berubah dari sikap yang acuh tak acuh pada pekerjaan yang diwariskan ayahnya berubah menjadi orang yang cekatan. Berubah dari pria yang diremehkan pegawainya menjadi atasan yang dihormati pegawainya dan tentang pendekatan Lola maupun Charlie memperlakukan pegawai  dan orang lain adalah hal yang patut dicontoh, karena tanpa ada pegawai, maka pabrik tidak bisa berjalan. Film ini memberi inspirasi bagi semua orang untuk tidak menyerah pada setiap keadaan meskipun keadaan itu sangat sulit.

Pembahasan :
Menurut Teori Gestalt
Fokus riset Gestalt adalah pengalaman persepsi. Ada 4 asumsi dasar dari perspektif Gestalt :
1.Yang harus dipelajari adalah perilaku molar bukan perilaku molecular.
2.Organisme merespon stimuli yang tersegregasi bukan stimuli spesifik.
3.Lingkungan behavioral adalah realitas subjek.
4.Organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekutan di dalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
Kaitan teori Gestalt dengan film Kinky Boots adalah Charlie sebagai peran utama di film ini bertemu dengan Lola yang dapat mengubah hidupnya. Pada saat ia bertemu Lola ia tidak serta merta menggangapt Lola seorang waria yang akan membuat masalah dalam hidupnya namun ia lebih melihat secara keseluruhan dimana ada peluang yang bisa ia ambil dari kebutuhan Lola yaitu sepatu wanita dengan ukuran pria (perilaku molar). Charlie tidak memandang Lola hanya sebagai waria namun ia melihat potensi Lola dan mau mempekerjakan Lola untuk membantu ia membangkitkan pabriknya kembali (stimuli tersegregasi). Kemudian Charlie berani memasarkan produknya ke Milan walaupun para pegawainya merasa curiga dan ia tetap tidak malu untuk berteman dengan Lola walaupun di pabrik banyak sekali persepsi karyawan yang pro dan kontra terhadap tindakan Charlie (persepsi individu).

Koneksionisme Edward Thorndike
Teori koneksionisme Thorndike berbeda dengan teori pengkondisian klasik dimana Thorndike tertarik dengan proses mental (mendesain eksperimen untuk meneliti proses pemikiran binatang) dan ia juga meneliti perilaku mandiri atau sukarela.
Hukum belajar berdasarkan asumsi tersebut Thorndike :
1.Law of effect (keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat dan sebaliknya).
2.Law of exercise (repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respon yang benar).
3.Law of readiness (kondisi yang mengatur keadaan disebut “memuaskan” atau “menjengkelkan”)
Kaitannya dengan Film “Kinky Boots” adalah Charlie sebagai pewaris toko sepatu pada mulanya merasa putus asa dan tidak tau apa-apa untuk menjalankan pabrik sepatu prianya namun ketika ia bertemu dengan Lola dan meliihat sepatunya maka ia mendapatkan ide untuk membuat sepatu itu karena ia melihat Lola kesakitan saat memakai sepatu wanita . Law of effect disini ditunjukkan pada saat Charlie merasa bahwa jika ia dapat mensupply sepatu untuk waria maka akan ada banyak waria yang akan merasa puas dan dapat menjadi konsumennya. Law of exercise ditunjukkan pada saat Charlie membuat sepatu waria pertamanya dan ternyata Lola merasa tidak puas sehingga ia meminta kepada Lola untuk mendesain sepatu yang baik dan Charlie juga berusaha berulang kali untuk menciptakan sepatu waria yang sempurna. Law of readiness terjadi pada saat Charlie memutuskan untuk memperkenalkan sepatu waria buatannya di Milan dimana ia tahu bahwa sepatu tersebut dapat menarik perhatian pasar disana dan ia juga menyadari banyak pegawainya yang mencurigai dia namun ia dapat mengatur keadaan tersebut dan sukses untuk memasarkan sepatunya.

Selasa, 02 Oktober 2012

Teori-Teori Belajar Awal

Studi Watson tentang perilaku dengan tujuan menjelaskan hubungan antara stimuli dan respons menjadi perspektif dominan di tahun 1920-an hingga 1950-an.  Asumsi utama behaviorisme adalah bahwa perilaku yang dapat diamati adalah fokus studi, yang harus dipelajari adalah elemen paling sederhana dari perilaku, dan proses belajar adalah perubahan behavioral. Pendapat yang menentangnya yakni Psikologi Gestalt, menekankan pada pentingnya persepsi pemelajar dalam situasi pemecahan masalah dan karenanya ia membahas persoalan kognisi.
Dua pendekatan awal untuk mempelaajari perilaku adalah pengkondisian klasik dan koneksionisme. John Watson mendukung studi perilaku karena menurutnya semua organism menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui respons, dan respon tersebut biasanya disebabkan oleh stimuli. Dengan mempelajari perilaku, psikolog akan mampu untuk memprediksi respon yang ditimbulkan lewat stimulus. Setelah mendalami studi perilaku, Watson menemukan riset reflex-motorik dari psikolog Rusia, V.M. Bekheterev. Watson makin percaya bahwa kontrol perilaku di dunia nyata akan segera dapat dilakukan, namun prediksinya keliru.
Ada 3 asumsi dasar tentang belajar mengenai istilah behaviorisme:
1.       Yang menjadi focus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental internal atau rekonstruksi verbal atas kejadian.
2.       Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan respon spesifik).
3.       Proses belajar adalah perubahan behavioral. Suatu respon khusus terasosiasikan dengan kejadian dari suatu stimulus khusus, dan terjadi dalam kehadiran stimulus tersebut.
Melatih reflex untuk merespon stimulus baru membutuhkan pemasangan berulang kali antara stimulus tersebut dan stimulus yang secara alamiah yang memunculkan reflex. Ini disebut pengkondisian klasik. Dalam perkembangannya ada yang disebut amplitudo (jumlah atau kekuatan respon), latensi (lamanya waktu antara stimulus dan respons, generalisasi stimulus (tendensi stimuli yang sama untuk memunculkan reflex. Hal lain yang dapat diukur adalah retensi terhadap pelenyapan (extinction) dan hambatan (inhibition).
2 Akibat yang bertahan lama dari pengkondisian Pavlovian adalah:
1.       Munculnya riset terhadap kelangsungan hidup hewan di lingkungan alam
2.       Perkembangan proses yang disebut kontra pengkondisian (counter-conditioning)
Reaksi terhadap isyarat sebelum datangnya makanan, juga menjelaskan relasi yang terjadi di dalam laboratorium dan studi klinis terhadap kecanduan obat. Setelah beberapa kali pemberian obat, petunjuk yang diasosiasikan dengan pemberian obat akan menyebabkan respons yang disebut CCR (Conditional-compensatory Respons).
BEHAVIORISME JOHN WATSON
                Watson memberi kontribusi pada perkembangan psikologi melalui 3cara:
1.       Watson mengorganisasikan temuan riset pengkondisian ke dalam perspektif baru, yakni behaviorisme dan membujuk psikolog lain untuk memahami arti penting dari pendapatnya.
2.       Kontribusi asli dari karyanya adalah memperluas metode pengkondisian klasik ke respons emosional pada manusia.
3.       Karyanya meningkatkan status belajar sebagai topic dalam psikologi.

Watson sepakat dengan Sigmund Freud, bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa bayi dan emosi itu dapat ditransfer dari satu objek/ kejadian ke objek atau kejadian lainnya. Namun, dia tidak sepakat dengan metode psikoanalisis Freud untuk menemukan akar dari kehidupan emosi individu (menelusuri memori kanak-kanak dan kejadian yang memicu emosi). Watson berpendapat bahwa proses ini melibatkan pengkondisian atas 3 reaksi dasar (cinta, marah, takut).
                Topik yang terkait, eliminasi atau “unconditioning” reaksi rasa takut anak dirintis oleh Mary Cover Jones. Dia menemukan bahwa usaha untuk membicarakan rasa takut si anak atau mengandalkan pelenyapan (extinction) untuk mengeliminasi rasa takut adalah tidak efektif. Contoh positif dari pengkondisian klasik adalah reaksi munculnya kenangan (respons) terhadap lagu (stimulus yang dikondidikan) yang popular saat seseorang berpacaran. Lagu itu memiliki kekuatan untuk menimbulkan perasaan yang sama seperti saat berpacaran waktu itu. Reaksi emosional itu sering terjadi tanpa disadari, jadi asal mulanya mungkin sulit untuk diidentifikasi.
Koneksionisme Edward Thorndike
Teori koneksionisme Thorndike berbeda dengan teori pengkondisian klasik dimana Thorndike tertarik dengan proses mental (mendesain eksperimen untuk meneliti proses pemikiran binatang) dan ia juga meneliti perilaku mandiri atau sukarela.
Prosedur Ekperimental
Thorndike bereksperimen dengan berbagai macam binatang seperti anak ayam, anjing, ikan, kucing dan monyet dimana ia menggunakan kotak puzzle yang mengharuskan binatang menekan atau menyentuh tuas agar dapat keluar dan mendapatkan makanan. Pada awalnya hewan sering melakukan perlawanan dengan perilaku, seperti mencakar, menggigit, menggaruk dan menggesek-gesekkan badan ke sisi sangkar sehingga akhirnya mereka dapat menekan tuas dan keluar dari kotak tersebut. Dari seluruh binatang yang dijadikan objek eksperimen ditemukan bahwa monyet yang memiliki perubahan paling dramatis karena pada percobaan pertama hewan ini membutuhkan waktu 36 menit untuk membuka kotak dan pada percobaan kedua hewan ini hanya membutuhkan waktu 2 menit 20 detik untuk membuka kotak.
Hukum Belajar
Dalam percobaan eksperimen yang dilakukan Thorndike dapat disimpilkan bahwa respons yang tepat secara perlahan akan “tertanam” sedangkan respon yang tidak tepat melemah atau “terkikis”. Berdasarkan asumsi tersebut Thorndike mengidentifikasi 3 hukum belajar:
1.       Law of effect (keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat dan sebaliknya).
2.       Law of exercise (repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respon yang benar).
3.       Law of readiness (kondisi yang mengatur keadaan disebut “memuaskan” atau “menjengkelkan”)
Aplikasi ke belajar di Sekolah
Teori koneksionisme Thorndike dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar disekolah, namun karena teori ini juga mencakup referensi ke kejadian mental sehingga teori ini berada di tengah-tengah antara perspektif kognitif dan behavioris. Penerapan teori ini  berupa koneksi antar ide-ide yang akan menghasilkan pengetahuan, contoh 1 x 1 = ½ x 2. Selain itu Thorndike juga menggungkapkan bahwa respon yang sering muncul merupakan awal terhadap stimulus (hukum respons berganda) serta transfer of learning dimana dinyatakan bahwa latihan untuk tugas tertentu akan membantu proses belajar.
Psikologi Gestalt
Fokus riset Gestalt adalah pengalaman persepsi. Riset yang dilakukan psikologi Gestalt terhadap persepsi visual menunjukkan bahwa :
a.       Ciri global dideteksi sebagai keseluruhan, bukan sebagai elemen-elemen sederhana.
b.      Proses ini konstruktif karena individual sering mentransformasikan input visual yang tidak lengkap ke dalam citra perseptual yang lebih jelas.
Konsep Dasar
Chisrian von Ehrenfels (1890) dalam sebuah makalah menunjukkan bahwa kualitas akan tampak dalam persepsi bersamaan dengan elemen-elemen yang terindra secara terpisah dari suatu pengalaman, contohnya, sebuah melodi menggunakan kunci yang berbeda namun melodi tersebut dikenal sebagai kesatuan. Istilah untuk proses ini disebut Gestaltqualitat yaitu “kualitas yang diberikan oleh sebuah pola”. Ada 4 asumsi dasar dari perspektif Gestalt :
1.       Yang harus dipelajari adalah perilaku molar bukan perilaku molecular.
2.       Organisme merespon stimuli yang tersegregasi bukan stimuli spesifik.
3.       Lingkungan behavioral adalah realitas subjek.
4.       Organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekutan di dalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
Hukum Organisasi Perseptual
Gestalt berpendapat bahwa tugas utama psikologi adalah mengetahui bagaimana individu secara psikologis memahami atau mempresepsi lingkungan geografis. Hukum Gestalt dasar, yakni hukum Pragnanz (pengorganisasian psikologis terhaddap kelompok stimuli)  dan hukum terkait primer (visual mempengaruhi persepsi).
Riset tentang Belajar dan Pemecahan Masalah
Psikologi Gestalt memiliki beberapa konsep dalam memahami pemecahan masalah yaitu pertama, konsep wawasan yang melibatkan reorganisasi persepsi sesorang untuk melihat solusi. Kedua, analisis kontemporer mengindikasikan pemahaman kreatif pada masalah baru memerlukan kerja keras dan riset, periode inkubasi, momen wawasan dan pengkajian lebih lanjut.
Belajar Berubah-ubah dan Bermakna
Dalam mengaplikasi konsep struktur dan keseluruhan ke dalam analisis belajar, Weitheimer membedakan antara metode belajar :tanpa makna” dan belajar “bermakna” di kelas. Weitheimer mengamati bahwa setelah anak mempelajari pendekatan pemecahan masalah tertentu, mereka sering kali tidak mampu melihat pendekatan lain untuk tugas serupa. Mereka biasanya akan berkata “kami belum tahu.” Penyediaan informasi yang membantu siswa untuk mereorganisasikan sudut pandang masalah harus menjadi bagian integral dari pengajaran pemecahan masalah.      
Faktor-faktor Spesifik dalam Pemencahan Masalah
                Teoritisi Gestalt lainnya mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam pemecahan masalah. Konsep yang relevan untuk kelas saat ini adalah latihan mentransfer, pendekatan masalah dan kekakuan fungsional, dan belenggu masalah.
Latihan mentransfer. Efek dari cara-cara yang berbeda untuk menunjukkan solusi masalah keterampilan pemecahan masalah diteiliti oleh George Katona. Ia mengidentifikasi bahwa metode yang disebutnya sebagai “penemuan dengan panduan” adalah metode yang paling efektif.
Pendekatan masalah dan kekakuan fungsional. Karl Duncker (1926) mencatat bahwa kebanyakan teori berusaha menjelaskan pemecahan masalah yang berkenaan dengan “factor ketiga.” Akan tetapi analisis Duncker terhadap pemecahan masalah yang sukses mengidentifikasikan ada tiga langkah umum. Langkah itu adalah :
a.       Memahami konflik atau masalah
b.      Mengembangkan identifikasi secara jelas atau kesulitan dasar
c.       Mengembangkan solusi masalah untuk mengatasi kesulitan dasar
Solusi itu menurutnya adalah ontoh dari pemikiran produktif dan disebut sebagai solusi dengan nilai fungsional. Siswa yang tidak mampu memahami elemen-elemen situasi dengan cara baru disebut sebagai mengidap kekakuan fungsional.
Belenggu masalah. Kekakuan fungsional adalah kesulitan perceptual dalam pemecahan masalah. Konsep yang terkait adalah belenggu masalah. Konsep ini diidentifikasi oleh Abraham Lunchins (1942), yang diartikan sebagai kekakuan dalam pemecahan masalah karena individu menganggap serangkaian masalah harus dipecahkan dengan cara yang sama.
Perkembangan Lain
Kofka (1935) berpendapat bahwa organisasi bidang dalam persepsi juga berlaku untuk formasi kelompok. Maier (1970) meneliti dinamika pemecahan masalah dalam latar tempat kerja, termasuk penyelia dan karyawan. Kurt Lewin membahas motivasi, dan karyanya menimbulkan perhatian pada konsep dinamika kelompok. Konsep dasarnya adalah B=f (P,E). Albert Bandura menggunakan rumus ini dalam analisisnya terhadap belajar dalam latar sosial. E. Tolman (1932), menyebut karyanya sebagai “subvariasi dari psikologi Gestalt.” Dua istilah yang diperkenalkan Tolman adalah belajar laten dan peta kognitif.
Perbandingan Antara Behaviorisme dan Teori Gestalt
                Psikologi Behaviorisme dan Gestalt mendasarkan risetnya pada asumsi yang berbeda menegnai sifat dan belajar dan focus studinya. Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengidentifikasi stimuli dan respons spesifik sebagai focus riset. Sebaliknya, psikologi Gestalt berpendapat bahwa seseorang merespon stimuli yang terorganisasi dan persepsi perorangan adalah factor penting untuk memecahkan masalah.

Karakteristik Utama
Behaviorisme
Teori Gestalt
Asumsi dasar
a.       Perilaku yang dapat diamati, bukan even sadar atau mental, harus dipelajari.
b.      Belajar adalah perubahan.
c.       Hubungan antara stimuli dan respons harus dipelajari.
Individu bereaksi terhadap sebuah kesatuan; karena itu, pemelajaran adalah organisasi  dan reorganisasi bidang sendoris. Kesatuan tersebut memiliki property baru yang berbeda dari yang ada pada elemen tersebut.
Eksperimen umum
a.       Trial and error
b.      Respon emosional atau refleks.
Mengorganisasikan kembali : subjek ditempatkan dalam situasi yang mensyaratkan restrukturisasi bagi solusi.
Formula belajar
a.       Stimulus – respon – imbalan.
b.      Respon emosional :
Stimulus 1 + stimulus 2 = respon.
Konstelasi stimuli – organisasi - reaksi