animasi blog

Selasa, 24 Mei 2011

MOTIVASI


Motivasi atau sering dikatakan dorongan sangat diperlukan biasanya untuk mencari informasi mengenai hal-hal yang dipelajari, menyerap informasi dan mengolahnya, megubah informasi yang didapat ini menjadi suatu hasil (pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap, kreativitas) dan menerapkan hasil ini dalam kehidupan.

Agar motivasi untuk belajar ini terpelihara, pendidik perlu menciptakan suasana belajar yang positif dan menyajikan langkah-langkah yang mendorong peserta didik untuk ingin belajar dan ingin menerapkan hal-hal yang dipelajari.

BIMBINGAN

Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan yang bijaksana dan dalam penyesuaian diri, serta dalam memecahkan masalah kehidupan mereka. Bimbingan tidak hanya bimbingan individual saja tetapi ada bimbingan kelompok juga.
Tujuan dari bimbingan itu sendiri agar yang menerima bantuan dapat berkembang mandiri dan mampu bertanggung jawab bagi dirinya sendiri, mengembangkan potensi individu untuk mampu memecahkan masalah dan membuat penyesuaian diri terhadap kehidupannya sampai batas kemampuannya.

Permasalahan dalam pendidikan anak yang kesulitan belajar

Menurut Valett dikutip dari Johnson dan Morasky, 1980 ada 7 karakteristik  yang ditemui pada anak dengan kesulitan belajar(hambatan dalam belajar) :
  1. Mempunyai sejarah kegagalan akademik berulang kali
  2. Hambatan fisik/ tubuh maupun lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar.
  3. Kelainan motivasional
  4. Kecemasan yang diakibatkan oleh kegagalan yang berulang kali
  5. Perilaku yang berubah-ubah/ tidak konsisten/ tidak dapat diduga.
  6. Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap
  7. Pendidikan dan pola asuhan yang di dapat tidak memadai.

Permasalahan pendidikan usia dini

Menurut Martin L. Maehr (1974) ada 3 aspek penting (bahasa, persepsi, dan kognisi) dalam kapasitas intelek yang berkaitan dengan rendahnya prestasi belajar anak-anak yang berasal dari lingkungan yang kurang mampu.
Perkembangan bahasa. 
Penelitian-penelitian mengenai interaksi anak-anak dengan orang dewasa yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa, telah banyak dilakukan. Lingkungan status sosial-ekonomi rendah interaksi verbal orangtua dengan anak lebih sedikit dan lebih rendah mutunya, daripada interaksi verbal anak-orangtua di lingkungan sosial ekonomi tinggi. Bila di lingkungan rendah anak-anak mendapat jawaban satu kata, di lingkungan lebih tinggi mereka mendapat penjelasan.
Dari penjelasan tokoh, apakah yang dapat terjadi jika anak tersebut adalah seorang anak yatim-piatu tetapi tinggal di lingkungan yang berkecukupan, apakah pola asuh mempengaruhi dia atau tidak?

Selasa, 17 Mei 2011

Keefektifan Metode Teacher-Centered dalam Pelajaran Matematika Terhadap Pemahaman Siswa-Siswi SMA Harapan Mandiri Jurusan IPS

PERENCANAAN

Pendahuluan
Pada kesempatan yang kami dapatkan, topik yang kami pilih adalah "Dinamika mengajar pada guru profesional" dengan judul "Keefektifan Metode Teacher-Centered dalam Pelajaran Matematika Terhadap Pemahaman Siswa-Siswi SMA Harapan Mandiri Jurusan IPS". Judul ini dibentuk berdasarkan fenomena yang telah terjadi di sekolah-sekolah kota Medan, bahwa  kebanyakan sekolah-sekolah tingkat SMA menggunakan metode pengajaran teacher-centered. Dalam penyampaian materi pelajaran, materi disampaikan dengan beragam cara dan berbeda-beda pada setiap guru. Cara penyampaian kepada siswa-siswi ini sebagai penentu apakah materi kemudian dapat dipahami dengan baik atau tidak. Penyampaian ini tentunya dapat dinilai oleh siswa-siswi, apakah materi disampaikan guru dengan baik atau tidak baik, paham atau tidak paham. Dan kesempatan kali ini, keefektifan metode teacher-centered terhadap pemahaman siswa-siswa SMA akan kami teliti.

Landasan Teori
Sekolah merupakan suatu lembaga formal yang berfungsi membantu khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Anak-anak diajarkan tata krama, diberi pengetahuan, dan diasah kemampuan serta keterampilan mereka agar mereka nantinya memiliki modal yang cukup saat berada dan bekerja dalam masyarakat. Guru-guru yang berbeda ada di setiap sekolah, dengan metode-metode belajar yang berbeda-beda pula. Berdasarkan teori psikologi pendidikan, ada dua metode pengajaran yang digunakan guru, yaitu:
  • Teacher-Centered
Teacher-centered learning adalah suatu sistem pembelajaran dimana pengajar menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi satu arah. Di sini ilmu di transfer secara cepat dari pengajar kepada pelajar sehingga daya serap dari mahasiswa lemah karena dosen hanya memberi materi.
  • Learner-Centered
Learner-Centered Learning lebih merupakan pembelajaran yang berpusat pada pelajar. Pelaksanaan metode pembelajaran ini diarahkan pada integrasi knowledge management system sehingga diharapkan menghasilkan intellectual capital yang bermanfaat. Dengan metode pembelajaran ini, pelajar bukan lagi sebagai obyek dari pengembangan ilmu pengetahuan namun diharapkan menjadi pelaku aktif dari pengisi konteks di dalam proses pembelajaran. Pengajar hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator.
Kedua metode ini memiliki keunggulan, kelemahan, dan ciri khususnya masing-masing. Metode-metode ini tentunya memberikan pengaruh yang berbeda bagi anak-anak ataupun siswa-siswi yang menuntut ilmu di sekolahnya. Pengajar memainkan peranan penting karena bisa saja suatu sekolah menggunakan kedua metode tersebut tergantung pada guru yang memberikan atau mengajarkan materi tersebut. Pengajar dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai materi dan metode. Pengajar juga harus dapat mengontrol kelas agar pengetahuan atau ilmu yang didapatkan maksimal.

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan kami gunakan adalah:
  • Kuesioner
  • Alat-alat tulis
  • Kamera
Analisis Data
Kuesioner dibagikan kepada murid-murid dengan dua kelas yang berbeda dan diisi, kemudian kami kategorisasikan kuesioner yang termasuk kategori efektif, tidak efektif, dan tidak kedua-duanya. Setelah dikategorisasi, kuesioner kemudian dihitung jumlahnya. Jika kedua kelas dengan kuesioner yang kategorinya efektif lebih banyak daripada tidak efektif, maka kesimpulannya adalah metode teacher-centered efektif dalam pengajaran matematika. Dan sebaliknya, jika kedua kelas dengan kuesioner yang kategorinya efektif lebih sedikit daripada tidak efektif, maka kesimpulannya adalah metode teacher-centered tidak efektif dalam pengajaran matematika. Apabila kelas pertama dengan kuesioner yang kategorinya efektif lebih banyak dan kelas kedua dengan kuesioner yang kategorinya efektif lebih sedikit dan sebaliknya, maka metode teacher-centered tidak mempengaruhi pemahaman siswa, tetapi cara pengajaran guru yang harus diteliti kembali.

Objek atau Subjek
Subjek yang kami teliti adalah dua kelas siswa - siswi jurusan IPS yang bersekolah di Sekolah Harapan Mandiri, SMA Methodist-2, SMA Sutomo 1, dan SMA Sutomo 2. Tetapi hanya satu sekolah yang kami pilih, melihat apakah izin diberikan sekolah kepada kita untuk melakukan penelitian.

Jadwal Pelaksanaan

Kalkulasi Biaya
Biaya yang diperkirakan untuk menjalankan penelitian ini adalah:
  • 100 buah fotokopi kuesioner timbal balik @ Rp. 100,-  =  Rp. 20.000,-
  • 100 buah snack @ Rp.500,-  =  Rp. 50.000,-
  • Total biaya yang dikeluarkan = Rp. 70.000,-
PELAKSANAAN
Pada pelaksanaan penelitian ini, kami awalnya berkumpul di lokasi tujuan penelitian, yaitu sekolah Harapan Mandiri, Jl. Brigjend. Katamso, Medan, yang berlangsung pada tanggal 7 Mei 2011, pukul 08.30. Kemudian, setelah mendapat izin masuk dari guru BP, kelas yang menjadi subjek eksperimen kami masuki. Penjelasan mengenai penelitian dan cara pengisian kuesioner kami jelaskan dengan detail. Pengisian kuesioner dimulai, dan kemudian dikembalikan kepada kami, serta reward yang berupa makanan ringan kami bagikan pada siswa-siswi SMA Swasta Harapan Mandiri Medan.
Proses penelitian ini dilanjutkan di satu kelas lainnya dengan prosedur yang sama. Pada pukul 09.20, pengambilan data untuk penelitian selesai. Kemudian kuesioner kami kategorisasikan menjadi tiga bagian. Setelah hasil dari penelitian kami dapatkan, penelitian tersebut kami diskusikan kembali dan terakhir, kesimpulan terbentuk.

PELAPORAN DAN EVALUASI

Laporan
Dari 66 sampel dengan kelas pertama berjumlah 31 siswa dan kelas kedua berjumlah 35 siswa, diperoleh hasil berupa:
1. Kelas XI IPS 3 (kelas pertama)
  • Siswa yang setuju berjumlah 14 siswa
  • Siswa yang tidak setuju berjumlah 7 siswa
  • Siswa yang netral berjumlah 10 siswa
2. Kelas XI IPS 1 (kelas kedua)
  • Siswa yang setuju berjumlah 11 siswa
  • Siswa yang tidak setuju berjumlah 18 siswa
  • Siswa yang netral berjumlah 6 siswa
Dari data yang telah diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode teacher-centered tidak mempengaruhi pemahaman siswa, tetapi cara pengajaran guru yang harus diteliti kembali.

Poster


Evaluasi
Sebenarnya, pembuatan tugas mini proyek ini seharusnya dimulai pada bulan Februari. Namun, tugas selalu kami tunda, sehingga terjadi penyimpangan antara perencanaan dengan pelaksanaan. Pembuatan perencanaan dan proses pelaksanaan berbeda, yaitu dari membuat membuat kuesioner hingga pelaksanaan penelitian. Kuesioner kami buat pada minggu pertama dari bulan Mei, sama seperti penentuan sekolah dan meminta surat izin. Pada perencanaan, surat izin ingin kami kirim tidak pada saat yang bersamaan pada pelaksanaan penelitian, namun akhirnya surat izin kami kasih pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan penelitian. Biaya pengeluaran pun terjadi penyimpangan dari perkiraan. Biaya fotokopi mencapai Rp. 40.000,-, tetapi biaya untuk reward adalah Rp. 49.000,-, dibawah biaya perkiraan.

Testimoni
Kelompok : Ada kesalahan yang kami buat, tetapi untung Bu Dina mau membantu kami menyelesaikan kesalahan ini. Sangat menguras waktu dan tenaga, tetapi dengan bantuan sesama anggota kelompok, semua menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Jangan terlalu sering menunda tugas, supaya semua berjalan lancar dan tidak terburu-buru.
Jilly : Selama pengerjaan penelitian ini, saya menjadi lebih tahu adanya hubungan antara metode pengajaran dengan pemahaman siswa. Selain itu, saya juga menjadi lebih mengenal dan mengetahui karakter dari teman kelompok, sehingga dapat belajar sesuatu yang sebelumnya tidak saya dapatkan sama sekali.
Dede : Yang pasti, membuat penelitian itu menyenangkan. Namun tidak mudah untuk melakukan penelitian, perlu kerja keras yang tinggi. Kesabaran sangat diperlukan dalam membuat tugas kelompok.
Veronica : Ternyata membuat suatu penelitian itu menyenangkan. Dari yang tidak tahu apa-apa, jadi tahu. Rasa ingin tahu dengan masalah penelitian kami membuat saya jadi semangat untuk melakukan penelitian sampai akhirnya selesai juga.
Venti : Penelitian itu tidak gampang, usaha sangat diperlukan dalam melakukan sebuah penelitian. Tetapi, ini akan menjadi pengalaman yang berharga.

Dokumentasi
Daftar Pustaka
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group

Selasa, 26 April 2011

psikologi pendidikan dan psikologi sekolah

Psikologi sekolah adalah bidang ilmu psikologi yang mendukung peserta didik dan yang mengembangkan kemampuan akademik peserta didik, kemampuan sosialisasinya, juga kemampuan mengontrol emosinya.

Sedangkan  Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, efektifnya sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah. Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial.

Selasa, 05 April 2011

Tiga Fenomena Dengan Pembahasannya

Kelompok 19 :
  1. Jilly Chandra ( 10-022 )
  2. Veronica ( 10-026 )
  3. Venti Ayu Wibawa ( 10-070 )
  4. Dede Suhendri ( 10-078 )
Tiga fenomena yang kami bahas adalah:
  1. Fenomena Tawuran Antar Pelajar
  2. Kasus Perilaku Pelanggaran Disiplin Siswa di Sekolah
  3. Fenomena Kekerasan di Lembaga Pendidikan
Fenomena 1
Pada artikel ini, diceritakan bahwa perkelahian antar pelajar yang umumnya remaja sangat merugikan baik bagi pelajar maupun orang berada di sekitar lokasi tawuran. Hal ini terjadi hanya karena hal sepele, yaitu dicetaknya gol oleh pemain X yang tidak disenangin 1 suporter yang mendukung tim Y.

Teori Psikologi Pendidikan
Teori konstruktivisme  adalah pendekatan untuk pembelajaran yang menekankan bahwa individu akan belajar dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman. Supporter yang tidak senang tidak memahami proses ini. Dia tidak senang tim yang dia dukung kalah, sehingga menjadi dendam, Padahal di setiap pertandingan harus ada yang menang dan yang kalah. Dengan kata lain, supporter tidak memahami dengan pasti apa yang harus dan tidak harus dilakukannya.

Teori Pendidikan Keluarga
Berdasarkan teori pendidikan keluarga, supporter mungkin tidak dibina dengan baik dari kecil. Orang tua dalam keluarga harus bisa menciptakan suasana keluarga yang damai dan tentram dan mencurahkan kasih sayang yang penuh terhadap anak-anaknya, meluangkan waktunya untuk sering berkumpul dengan keluarga, mengawasi proses-proses pendidikan anak dan melakukan tugas masing-masing ayah dan ibu. Kurangnya keenam hal ini dapat menyebabkan penyimpangan pada anak, seperti dendam yang dialami supporter tersebut.

Teori Bimbingan sekolah
Salah satu teori gestalt adalah Perilaku bertujuan (pusposive behavior). Artinya bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. Supporter membuat perilaku tawuran agar orang lain dapat mengalah, sehingga tim yang didukung supporter menang.

Fenomena 2
Yang menjadi subjek dalam pembahasan atau analisis permasalahan ini adalah siswa yang sering melakukan pelanggaran disiplin sekolah. Selanjutnya jika dikaji dari data tentang siswa yang sering melakukan pelanggaran sekolah, ternyata dikemukakan bahwa umumnya siswa yang sering membolos sekolah juga melakukan pelanggaran disiplin lain, misalnya sering terlambat datang ke sekolah, meninggalkan kelas atau sekolah sebelum waktunya, suka mengganggu teman, sering melalaikan tugas sekolah, dan berpakaian tidak rapi.

Teori Psikologi Pendidikan
Berdasarkan teori psikologi pendidikan, selain peranan motivasi, manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan belajar murid. Kelas adalah multidimensional, sebuah seting untuk banyak aktivitas. Kurangnya manajemen kelas dapat menyebabkan murid malas belajar, bosan dan melakukan hal-hal lain.

Teori Pendidikan Keluarga
Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak karena pertama kalinya mereka mengenal dunia terlahir dalam lingkungan keluarga dan dididik oleh orang tua. Sehingga pengalaman masa anak-anak merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan selanjutnya, keteladanan orang tua dalam tindakan sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak, membentuk anak sebagai makhluk sosial, religius, untuk menciptakan kondisi yang dapat menumbuh kembangkan inisiatif dan kreativitas anak. Orang tua yang buruk akan menghasilkan perilaku anak yang buruk pula.

Teori Bimbingan Sekolah
Berdasarkan teori Gestalt, pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) adalah kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang bermakna akan membuat murid tidak cepat bosan, dan tidak melakukan hal lain pada waktu pembelajaran berlangsung.

Fenomena 3
Secara umum, kekerasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak menyenangkan atau merugikan orang lain, baik secara fisik (pemukulan menggunakan tangan atau alat, penamparan, dan tendangan) maupun psikis (mengejek atau menghina, mengintimidasi, menunjukkan sikap atau ekspresi tidak senang, dan tindakan atau ucapan yang melukai perasaan orang lain). Kekerasan tidak hanya berbentuk eksploitasi fisik semata, tetapi justru kekerasan psikislah yang perlu diwaspadai karena akan menimbulkan efek traumatis yang cukup lama bagi si korban. Dewasa ini, tindakan kekerasan dalam pendidikan sering dikenal dengan istilah bullying.

Pada kenyataannya, praktik bullying ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh teman sekelas, kakak kelas ke adik kelas, maupun bahkan seorang guru terhadap muridnya. Terlepas dari alasan apa yang melatarbelakangi tindakan tersebut dilakukan, tetap saja praktik bullying tidak bisa dibenarkan, terlebih lagi apabila terjadi di lingkungan sekolah.

Teori Psikologi Pendidikan
(Behaviorisme)Teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Sedangkan pada kasus diatas, perlakuan yang diberikan oleh senior kepada juniornya, malah merangsang junior belajar untuk melakukan hal yang sama. INi adalah suatu pembelajaran, pembelajaran ke arah negatif karena ia merasa perlakuan ini adalah warisan turun temurun sehingga merupakan perlakuan yang harus dilakukan.

Teori Pendidikan Keluarga
Berdasarkan teori pendidikan keluarga, kekerasan yang dilakukan oleh pelajar pada teman-temannya, juga merupakan suatu perilaku merupakan efek dari lingkungan keluarganya. Perhatian yang kurang dari orang tua juga adalah salah satu faktor yang mengakibatkan pelajaran melakukan hal-hal kasar di lingkungan tempat dia berada, tujuannya untuk menarik perhatian orang sehingga ia akan merasa diperhatikan oleh orang sekitarnya. Selain itu, perlakuan kasar juga dapat berasal dari perlakuan yang ia terima di rumah, sehingga pelajar tersebut merasa bahwa perlakuan kasar merupakan suatu hal yang wajar.

Teori Bimbingan Sekolah
Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. Disini, pelajar salah atau gagal menerapkan prinsip insight ini, sehingga anggapan atau persepsi mereka tentang perlakuan kasar tersebut tidak sesuai dengan yang ada dimasyarakat. Seperti yang dilakukan pelajar tersebut, mereka melakukan kekerasan pada temannya, karena mereka telah salah mengaitkan perilaku yang kasar tersebut dengan kondisi saat ia melakukannya.

Kasus:

Referensi:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group

Kamis, 03 Maret 2011

Penilaian terhadap film GENG (upin-ipin)

Film selama 90menit itu sangatlah mengadung banyak arti menurut saya. Film yang membutuhkan kerja keras tim nya untuk membuat itu, membutuhkan waktu yang cukup relatif lama. Dimana, untuk membuat film yg 90menit di butuhkan waktu 3 tahun dalam pembuatannya, beda jauh sekali kan? Tapi film tersebut sangat membuat saya kagum, dimana animasi nya seperti benar-benar hidup, suara-suara imut , sangar, yang sering terdengar dalam upin-ipin yang biasa lebih dibuat sangat menarik perhatiannya. Menurut saya, dalam film ini dapat di tarik kesimpulan bahwa membuat sesuatu itu harus dengan kerja keras, semangat, dan pantang menyerah, untuk arti dalam filmnya sendiri, lebih mengarah pada manusia dan hewan itu dapat menjalin persahabatan, juga jangan menyakiti binatang.

KRITERIA PASANGAN (apa itu cinta sejati?)

Salah satu yang akan saya bahas dalam blog saya ini adalah tentang kriteria pasangan. Biasanya orang-orang kalau di tanya tentang, "Apa saja sih kriteria pasangan yang anda idam-idam kan itu?" Jawaban yang sering saya dengar, sering saya temukan itu biasanya adalah kalau buat yang wanita, biasanya bilang: pengennya yang tinggi, setia pastinya, mapan, bijaksana, romantis, pandai, sayang keluarga, menyayangi saya, dan menghargai saya sebagai pasangannya. Kalau buat yang pria, yang sering terdengar adalah ingin yang cantik, berambut panjang, tidak kekanak-kanakan, bersifat keibuan tapi tidak seperti ibu-ibu, tidak terlalu berfoya-foya, sexy, langsing, tidak banyak menuntut, pengertian dan perhatian. Sebaliknya, apa itu CINTA? sering di pertanyakan oleh orang, dalam memaknai arti cinta adalah dengan memberi. Cinta tidak datang karena manusia saling menerima. Itu ada karena manusia pertama-tama saling memberi, dan akhirnya terbentuklah kata cinta. Bukan karena mencari sesuatu yang  kita inginkan dan kemudian mendapatkan cintanya. Bagi saya, mungkin cinta itu relatif, awalnya mencari-mencari dan mencari sesuatu yang tak pasti. Seperti air sungai mengalir terus menerus untuk mencapai tujuannya pada ujung. Cinta itu dapat dimengerti, walau kadang sulit, tapi kita anda telah menemukan seseorang dan anda menerima dia apa adanya, menerima kekurangan dan kelebihannya itu artinya anda telah menemukan cinta sejati.

Pengaruh teknologi (game) dengan kognisi anak

Pengaruh teknologi di dunia sekarang sangatlah luas, baik untuk kalangan muda maupun yang dewasa. Mesin-mesin yang di ciptakan oleh manusia ini sangatlah luar biasa banyak kegunaannya.Contohnya,  kebanyakan yang melakukan sistem interaksi dengan manusia itu adalah mesin-mesin atau yang biasa sering dibilang robot. Robot-robot itu membuat makanan (robot pembuat sushi) di Jepang http://ndoware.com/robot_koki.html, robot pemberi  karcis (di jalan tol), dan lain sebagainya. Teknologi juga sangat efektif sebagai media pembelajaran, dalam bisnis bisa sebagai media untuk berinteraksi antara pelanggan dengan si penjual, banyak contoh teknologi, bukan hanya dalam sistem online atau internet  yang sangat canggih. Tetapi dalam hal permainan anak-anak, teknologi mesin yang dapat merangsang kognisi otak anak-anak http://bataviase.co.id/node/247663 juga sudah sangat canggih. Hal ini mungkin akan berakibat buruk bagi sang anak, menyebabkan anak-anak malas belajar atau menjalankan aktivitas-aktivitas lainnya serta cenderung menutup diri. Maka dari itu, kebanyakan orangtua sering melarang anak-anaknya bermain video game. Padahal, pengaruh teknologi ini, misalnya video game itu ada pengaruh positifnya juga dalam peningkatan kemampuan visual dan spasial seorang anak, dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mempelajari keterampilan baru, permainan yang memadukan unsur imajinasi dan teknologi itu bisa pula mempertajam daya pikir mereka, dapat meningkatkan ketajaman dan ke-cepatan berpikir anak, mempertajam kemampuan dan kecepatan berpikir serta meningkatkan sisi kognitif (kepandaian) otak anak, terutama untuk game yang bersifat action dan puzzle, game yang membutuhkan tingkat perhatian dan fokus visual cepat dan gerakan mo-torik yang tepat dapat meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam berpikir.
Namun, para orang tua harus berperan aktif dalam mengatur jadwal bermain video game bagi anak-anak mereka agar tidak berlebihan. Karena bermain video game terlalu berlebihan dapat menggantikan kegiatan fisik dan memengaruhi perkembangan mental anak-anak.

Selasa, 01 Maret 2011

E-Learning dan Learner-Centered

Venti Ayu Wibawa (10-070)
Jilly Chandra (10-022)
Veronica (10-026)
Dede Suhendri (10-078)


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dikti.go.id, peserta didik di zaman informasi ini mempunyai kecenderungan gaya belajar aktif, sequential, sensing, dan visual (Felder dan Soloman, 1993). Generasi muda sekarang sudah mempunyai istilah baru, yaitu "Generasi Z", yaitu generasi yang sudah mahir menggunakan teknologi zaman ini. Kita, sebagai generasi Z ini, harus menggunakan proses learner centered daripada teacher centered yang biasa digunakan di masa sekolah. Untuk menggunakan proses pembelajaran seperti ini, harus ada sebuah penyesuaian, sehingga peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Perlunya penyesuaian karena metode pembelajaran teacher-centered berbeda dengan learner-centered. Peserta didik dituntut untuk lebih aktif pada proses pembelajaran, sedangkan pembimbing hanyalah menjadi mediator. Proses pembelajaran ini seharusnya telah diterapkan semasa di sekolah, tepatnya pada SMA, sehingga siswa maupun mahasiswa siap untuk terjun ke lapangan kerja.

E-learning merupakan salah satu learner centered. Bayangkan kalau e-learning merupakan teacher-centered, maka pembimbing akan ceramah, sedangkan kita tidak tahu apakah peserta didik mengikuti pembelajaran atau tidak. Jadi, learner centered membuat peserta didik tidak akan bosan karena hanya duduk mendengarkan/membaca penjelasan guru di dalam kelas.

Jumat, 11 Februari 2011

Penggunaan Email dan Blog

Kelompok 19 :
  1.  Jilly Chandra ( 10-022 )
  2. Veronica ( 10-026 )
  3. Venti Ayu Wibawa ( 10-070 )
  4. Dede Suhendri ( 10-078 )

Menurut pandangan kelompok kami, penggunaan email dan blog sesuai dengan psikologi pendidikan sangat membantu dalam pembelajaran khususnya pengenfisiensian waktu, misalnya diskusi antar kelompok yang biasanya harus dilakukan dengan tatap muka. Kini sudah bisa dilakukan melalui internet. Hasil diskusi juga bisa diserahkan kepada dosen pengampuh melalui email dan blog, sehingga tidak harus dating ke kampus hanya untuk mengumpulkan tugas. Selain itu, pengiriman tugas melalui email dan blog juga dapat membantu mengatasi masalah global warming karena mengurangi penggunaan kertas dan bahan bakar minyak untuk transportasi. 

Penggunaan email dan blog sebagai media pembelajaran seperti yang tersebut di atas masih kurang diaplikasikan di kota Medan. Tidak semua sekolah telah difasilitasi dengan inet  sehingga pembelajaran dengan teknologi ini belum dapat diterapkan. Padahal di era globalisasi ini, penggunaan teknologi seperti email dan blog sangat penting dalam dunia psikologi pendidikan dan dunia pekerjaan. Oleh karena itu, psikologi pendidikan sudah seharusnya bersentuhan dengan teknologi ini, khususnya penggunaan email dan blog.

Daftar Pustaka :
Munir.2010.Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Ekonomi (Cetakan ke-2). Bandung: Alfabeta 

Selasa, 08 Februari 2011

Penggunaan internet belum digunakan secara tepat

Dalam penggunaan internet selama ini, sering ada ketidak tepatan dalam penggunaannya. Dalam dunia pendidikan sebenarnya internet itu sangatlah berguna bagi pelajar. Sebagai contoh, dalam penggambilan materi,artikel maupun yang lainnya internet sangat membantu,ada google,wikipedia dan sebagainya yang mencakup seluruh dunia. Seluruh dunia dapat mengakses apapun yang ingin diketahuinya. Seperti di Indonesia, pembelajaran oleh komputer & e-Learning sudah mulai dapat terlihat. Tetapi di dalam penggunaannya tersebut, sering terdapat ketidak tepatan dalam penggunaannya. Saat ini, banyak adanya gama-game online, jejaring soaial seperti FB, Friendster, Twitter, MSN,YM dan lain sebagainya. Hal tersebut membantu kita mengetahui hal banyak di dunia ini. Baik menyangkut hal yang berguna mauupun hal yang tidak berguna. Ketepatan penggunaan internet untuk pendidikan pun akhirnya berkurang. Teknologi sekarang membuat beberapa ancaman baru terhadap anak-anak bangsa yang cerdas. Banyak sekali siswa-siswi sudah biasa membuang terlalu banyak waktu main games, misalnya Play Station dan Games Online, menghabiskan banyak waktu di Internet di situs-situs hiburan (atau cari jodoh) seperti FB, YM dan Friendster di mana mereka hanya menghabiskan waktu, yang sangat tidak produktif.

Teknologi dapat digunakan, tetapi hanya akan betul bermanfaat setelah hal-hal dalam penggunaanya sudah diatasi. Implementasi teknologi di bidang pendidikan perlu diintegrasikan ke dalam perencanaan terhadap semua aspek pengembangan pendidikan secara seimbang (bukan secara proyek). Sering pengumuman yang muncul di media mengenai teknologi di arena pendidikan kelihatannya kurang menilaikan penelitian dan pengalaman di dunia pendidikan. Kasus-kasus teknologi dan pendidikan tertentu kelihatannya juga diangkat sebagai solusi umum.http://e-pendidikan.com/

Rabu, 02 Februari 2011

Standar Kelulusan UN Indonesia Layak Gak Sih?

Kalau bicara tentang standar pendidikan di Indonesia, banyak sekali komentar yang timbul. Mulai dari yang mengatakan kalau pendidikan di Indonesia sudah cukup, masih kurang, adapun yang bilang sudah berlebihan.

Negara kita Indonesia itu sangatlah luas. Tentu saja pendidikan yang ada itu berbagai macam. Ada yang bertaraf internasional ataupun nasional-plus dan banyak lagi. Kita ambil saja contoh dari negara kita ini. Standar pengajaran di perkotaan dan pedesaan itu bisa saja berbeda. Mungkin saja diakibatkan dari SDM yang memiliki kemampuan kurang.
Sering terjadi demo akibat protes atas pendidikan di Indonesia, terutama saat menjelang UN misalnya. Standar kelulusan menjadi topik utama adanya aksi-aksi demo yang terjadi. Sebagian mengatakan standar kelulusan untuk UN itu terlalu tinggi, ada yang mengatakan terlalu rendah dan ingin pemerintah menaikkan standar kelulusan itu lagi.

Kadang terdengar isu adanya penjualan jawaban UN saat menjelang UN. Apakah sampai begitu susahny, sampai-sampai orang begitu rela mengeluarkan uang untuk jawaban? Tapi kenapa ada yang bilang standar kelulusan itu masih dianggap terlalu rendah? Sebenarnya apa yang harus dilakukan untuk pendidikan di Indonesia, terutama untuk standar kelulusan UN tersebut?