animasi blog

Senin, 30 April 2012

Micro Teaching



Observasi pertama dilakukan pada tanggal 15 April 2012 . Kelompok mencoba sensasi baru dengan mengumpulkan anak-anak berumur sekitar 6-10 tahun di rumah terdekat lalu kelompok mengunjungi salah satu rumah murid untuk melihat dan mencari tahu kesulitan-kesulitan pelajaran yang mereka hadapi di sekolah. Berdasarkan hasil observasi kelompok mengetahui bahwa kesulitan pelajaran yang mereka hadapi di sekolah adalah pelajaran bahasa inggris, matematika dan kewarganegaraan. Dari ketiga pelajaran tersebut, yang menjadi masalah utama adalah bahasa Inggris, sedangkan pelajaran lainnya hanya ditemui pada beberapa murid. Kelompok memutuskan untuk mengajarkan bahasa inggris pada mereka dikunjungan pertama untuk mengetahui sejauh mana pmahaman mereka dikarenakan kelompok melihat mereka cukup lemah dalam berbahasa inggris. Dan kelompok merasa penting bahwa mereka perlu mengetahui lebih baik dalam berbahasa inggris dengan bahasa inggris yang sudah menjadi bahasa internasional akan memudahkan mereka dalam proses pembelajaran. Kelompok melakukan kunjungan kedua pada hari Sabtu, 21 April 2012 dengan tujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan mereka. 

PERENCANAAN
Konsep micro teaching 
1. Landasan Teori 
Mulai abad 21, proses pembelajaran dengan konsep micro teaching sudah sangat populer di dunia pendidikan, tetapi kebanyakan para pendidik kurang memahami makna pendidikan. Mereka selama ini hanya sebatas melakukan tugas mereka sebagai pengajar dan melupakan tugas utama mereka sebagai pendidik dan pembimbing. Untuk itulah, perlu diluruskan kembali makna dari proses pendidikan. Oleh karena itu, kami berusaha memahami konsep micro teaching melalui teori guru yang baik, seni dan ilmu mengajar serta paedagogi praktis. Seperti yang diketahui, paedagogi praktis tidak hanya mengetahui apa yang dituliskan di teori tapi dengan mengaplikasikannya dengan melaksanakan micro teaching ini. Bagi pendidik, paedagogi praktis tidak hanya berbicara mengenai seni mengajar melainkan juga mendorong banyak pendidik untuk mendesain ulang pemahaman akan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Pendidik harus mempertimbangkan pemberdayaan siswa sebagai penyambung generasi masa depan. Dengan adanya pedagogi praktis,maka konsep pedagogi yang abstrak bisa menjelma menjadi pedagogi yang konkrit yang artinya tidak hanya sekedar dipahami tetapi juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Bagi peserta didik,mereka menjadi mampu memahami pedagogi yang konkrit ini dengan bimbingan guru yang baik.
Adapun ciri-ciri guru yang baik itu antara lain:
  • Memiliki kesadaran akan tujuan
  • Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
  • Mentoleransi ambiguitas
  • Menunjukkan kemampuan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa 
  • Merasa kurang nyaman jika kurang mengetahui
  • Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
  • Belajar dari berbagai model
  • Menikmati pekerjaan dan siswa mereka sendiri. 

Untuk menjadi guru yang baik maka pendidik seharusnya memilik beberapa kualitas seperti berikut:
  • Confidence
  • Patience
  • True compassion for their students
  • Understanding
  • The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way
  • Dedication to excellence
  • Unwavering support
  • Willingness to help student achieve
  • Pride in student’s accomplishments
  • Passion for life 

Apabila seorang guru sudah memilik beberapa ciri-ciri di atas,seorang guru tidak dituntut untuk hanya bisa memiliki pengetahuan teoritis yang tinggi. Tetapi seorang guru juga harus memiliki seni dalam ilmu mengajar. Maksudnya pendidik mampu memahamkan teori kepada peserta didiknya dengan cara yang unik dan menyenangkan. Interaksi yang terjadi diantara peserta didik dan pendidik tidak monoton. Maksudnya dalam proses pendidikan tidak hanya berasal dari guru saja tetapi bisa di dapat dari banyak cara. Dalam proses belajar-mengajar seorang guru tidak hanya ‘asik’ sendiri dalam proses pembelajaran. Tetapi mengajak siswanya untuk ikut berpikir. Selain itu, dalam proses micro teaching seorang guru yang sudah memenuhi ciri-ciri di atas, maka dalam hal meningkatkan motivasi peserta didik, pendidik dapat memberikan reward, baik berupa hadiah maupun pujian. Pendidik senantiasa tersenyum walaupun peserta didik membuat kesalahan agar mereka tidak merasa diremehkan. 

2. Lokasi 
Jl. Dr. Mansyur, Gang Sipirok No. 8C 

3. Waktu 
Minggu, 15 April 2012 pukul 15.00-18.00 
Sabtu, 21 April 2012 pukul 12.05-15.00 

4. Rencana Kegiatan 
Minggu, 15 April 2012
  • 15.00 – 15.20 perkenalan
  • 15.20 – 17.50 micro teaching
  • 17.50 – 18.00 penutupan 

Sabtu, 21 April 2012
  • 12.10 – 12.20 perkenalan
  • 12.20 – 14.45 micro teaching
  • 14.45 – 15.00 penutupan 
5. Perlengkapan
  • Handy cam
  • Kamera
  • Alat tulis 
6. Perincian Biaya
  • Ongkos : 6000 x 7 = 42.000
  • Reward : 5000 x 4 = 20.000 
  • Jumlah = Rp 62.000,00 

PELAKSANAAN
Pelaksanaan micro teaching kelompok kami sesuai dengan perencanaan yang telah kami rencanakan. Kami melakukan kegiatan micro teaching di salah satu rumah di Jalan Dr. Mansyur Gg. Sipirok no.8c dengan mengumpulkan anak-anak berumur sekitar 6-10 tahun (kelas I, IV, V SD). Kunjungan pertama kami laksanakan pada hari Minggu,15 April 2012. Setiba di lokasi kami memulai pembicaraan dengan orangtua murid dan murid untuk membangun rapport. Setelah rapport mulai terbentuk dan anak sudah mulai bisa untuk menerima kami, kami pun langsung memulai proses mengajar. Awalnya kami mengajar murid satu per satu yang terdiri dari Ferdy, Ata, dan Nila serta membantu mereka memahami dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mereka di sekolah. Keempat orang teman kami (Weillun, Steven, Eva, dan Fauzi) melihat dan mencari tahu kesulitan pelajaran yang mereka hadapi di sekolah. Kami menemukan bahwa mereka mengalami kesulitan pada pelajaran bahasa Inggris, Kewarganegaraan, dan Matematika. Akan tetapi, pelajaran yang paling tersulit untuk mereka bertiga adalah bahasa Inggris hingga pada akhirnya kami memutuskan untuk mengajarkan pelajaran tersebut kepada ketiga murid ini di kunjungan kedua. 
Kunjungan kedua kami laksanakan pada hari Sabtu, 21 April 2012. Kami memulai perjalanan dari kampus ke lokasi pada jam 12 siang dan tiba di sana sekitar jam 12.10. Setiba di lokasi kami juga memulai pembicaraan dengan orangtua murid dan murid. Di kunjungan kedua ini kami sudah melaksanakan proses micro teaching. Dalam pelaksanaan micro teaching ini, kami mengajarkan ketiga peserta didik tersebut (Ferdi, Ata, dan Nila) untuk berbicara dalam Bahasa Inggris (conversation). Kami mengajarkan mereka tentang bagaimana untuk memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Ketiga orang teman kami yaitu Weillun, Steven, dan Putri membimbing mereka dengan penuh kesabaran. Dimulai dengan kata “Hi” untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada mereka arti dari kata tersebut. Lalu berlanjut dengan mengucapkan salam yaitu “Good Afternoon” sambil tetap menjelaskan arti dari kata tersebut. Lalu berlanjut lagi dengan alamat rumah, nama sekolah, kelas, cita-cita dan diakhiri dengan sapaan untuk mengakhiri pembicaraan. Dalam mengajarkan conversation ini, tiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berbicara dan bila mereka berhasil mengucapkannya dengan benar kami akan bertepuk tangan dan tersenyum manis. Akan tetapi, bagi yang pengucapannya belum benar, kami tidak menghukum melainkan mengajarkan kembali kepada mereka bagaimana pengucapan yang benar hingga akhirnya mereka bisa mengucapkannya dengan benar. 
Setelah selesai mengajarkan conversation tentang perkenalan diri, kami melanjutkan dengan belajar menyebutkan anggota tubuh dalam bahasa Inggris. Disini kami menunjuk salah satu bagian anggota tubuh dan mengatakan pada mereka nama anggota tubuh tersebut dalam bahasa Inggris dan meminta mereka untuk mengulangnya dengan tujuan supaya mereka dapat lebih mengingat nama tersebut. Misalnya Putri menunjuk hidung dan mengatakan “nose”, lalu menanyakan kembali kepada adik-adik tersebut sambil menunjuk hidung “ini apa adik-adik?” Lalu mereka menjawab “nose” dan begitu seterusnya. Dalam mengajarkan hal ini tentu saja kesabaran dibutuhkan karena kemampuan kognitif setiap orang berbeda-beda.Disamping itu untuk menghindari kebosanan selama proses micro teaching ini, kami mengadakan kuis kecil-kecilan yang memberikan reward bagi yang berhasil menjawab apa yang ditanyakan. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan motivasi peserta didik sehingga mereka lebih semangat lagi untuk mempelajari bahasa Inggris. 
Oleh karena itu, bisa dilihat bahwa selama proses kegiatan micro teaching ini kami sebagai guru yang baik memiliki beberapa kualitas yaitu percaya diri yang ditunjukkan selama proses pengajaran, kesabaran, pemahaman, mendukung mereka sepenuhnya, dan memiliki kemauan untuk membantu mereka mencapai keberhasilan. 

LAPORAN KEGIATAN
Dari mulai perencanaan dengan berdiskusi tentang konsep micro teaching kelompok, subjek yang menjadi target, dan landasan teori yang menjadi bukti empirik, hingga pada pelaksanaan yang cukup memuaskan menurut kelompok. Menurut kelompok, tanpa perencanaan yang matang serta anggota kelompok yang berkomitmen untuk menyelesaikannya, kelompok merasa ini pasti tidak akan selesai sesuai perencanaan yang sudah meliputi konsep, landasan teori, dan subjek paedagogi apabila ada satu saja kelompok yang tidak bertanggung jawab dan berkomitmen. 
Di dalam pelaksanaan, kelompok merasa tidak bisa sepenuhnya sesuai dengan rencana sebab tergantung individu yang akan kami terapkan konsep ini, namun semua itu tidak menjadi masalah sebab semua anggota bekerja sebagai satu tim yang berkontribusi sehingga bisa terlaksana micro teaching ini dengan baik dan tepat sasaran sesuai perencanaan. Dalam proses pelaksanaan, yang dimulai dari tahap observasi (perkenalan diri dengan subjek paedagogi kelompok) kelompok memulainya dengan “senyuman” dan “friendly approach” serta sering menyebutkan nama mereka saat proses micro teaching berlangsung dengan harapan bisa menimbulkan interaksi antara peserta didik dan pendidik. Obrolan singkat dengan peserta didik membuat kami mengetahui apa yang mereka butuhkan sehingga kelompok memutuskan untuk menyusun strategi apa yang sesuai dengan peserta didik demikian. Kelompok menggunakan konsep guru yang baik dimana sudah kelompok cantumkan dalam landasan teori. Sesuai dengan landasan teori kelompok sehingga kelompok mengaplikasikannya ke dalam micro teaching kali ini. 

Beberapa dari ciri-ciri guru yang baik, yang sudah berhasil kelompok terapkan dalam kegiatan micro teaching ini, yaitu: 
1. Memiliki kesadaran akan tujuan 
Dalam kegiatan micro teaching ini kelompok sadar akan tujuan yang dimiliki. Tujuannya adalah dapat menambah pengetahuan mereka mengenai bahasa Inggris dan memudahkan mereka mempelajari bahasa Inggris sehingga dapat bermanfaat untuk ke depannya.
2. Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa 
Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa Inggris sudah menjadi bahasa Internasional, maka kami sangat berharap dengan pelajaran yang kami ajarkan ini dapat bermanfaat untuk keberhasilan mereka dalam mencapai cita-cita.
3. Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka 
Kelompok berkomitmen untuk mengajar dengan baik dan mengeluarkan kemampuan sepenuhnya untuk mengajar mereka sesuai dengan kemampuan yang dimiliki semksimal dan seoptimal mungkin.
4. Menikmati pekerjaan dan siswa 
Kelompok sangat enjoy dalam membawakan materi bahasa Inggris kepada mereka. Kelompok menikmati proses dan juga interaksi yang terjadi diantara pendidik dengan mereka semua. Walaupun cukup susah dalam mengajarkan materi tersebut kepada mereka, tapi pendidik terus berusaha untuk memahamkan materi tersebut kepada mereka. Hal tersebut karena pendidik sangat menikmati tugas mengajar tersebut dan tidak lupa dicerminkan dalam bentuk perilaku sehingga mereka merasakan kesungguhan pendidik dalam proses belajar mengajar. 

HASIL PELAKSANAAN
Hasilnya adalah ketika diuji pada saat setelah pendidik selesai menjalankan tugasnya, dibentuklah sebuah kuis untuk menguji mereka dengan cara yang menyenangkan dan asik, yaitu dengan memberikan reward bagi yang berhasil maupun yang tidak berhasil menjawabnya dimana yang berhasil mendapat lebih banyak daripada yang tidak berhasil. 
Namun, yang menjadi pusat perhatian kelompok bukanlah seberapa banyak hadiah yang dapat mereka terima, tetapi proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan bagi mereka sehingga memahami materi yang pendidik sampaikan dengan perasaan senang. Dan alhasil, pendidik berhasil membuat suasana belajar yang menyenangkan, mereka tidak hanya mampu menjawab dengan berani, tetapi terlihat senyuman rasa senang dan percaya diri yang tersirat dalam wajah dan mata mereka dimana pada awalnya kelompok tidak melihatnya. Ternyata bila mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, orang lain yang menjadi objek perilaku dapat merasakan pengaruhnya. 
Pendidik dalam kelompok kami yang dengan sabar mengajarkan materi pada mereka, menetapkan tujuan dari awal sebelum memberikan materi untuk dipelajari pendidik, selalu memberikan harapan pada peserta didiknya, berusaha meningkatkan motivasi, tidak merendahkan kemampuan mereka, berusaha mengerti apa yang sebenarnya yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik. Di usia mereka yang tergolong “children” dimana anak – anak pada usia ini sudah bisa mengerjakan sesuatu dengan kemampuan sendiri, dalam hal ini melihat apakah mereka bisa mengembangkan sifat “autonomy” ataukah “shame and doubt”. Pendidik meilhat apapun yang dapat diselesaikan peserta didik selalu dihargai dengan benar dan tepat, jadi jika mereka memang “benar” maka mendapat pujian yang pantas, namun tetap jika mereka “salah” atau “kurang tepat” mereka tidak dibentak atau dikatain, tetapi tetap mendapat pujian bahwa mereka hamper benar tinggal sedikit lagi. Dengan melakukan ini, kelompok berharap bisa mengembangkan sifat “autonomy” dalam diri daripada “shame and doubt”. Tidak lupa seiring dengan keberhasilan ataupun ketidakberhasilan mereka, pendidik tetap memberikan yang terbaik buat peserta didiknya.
Dengan menerapkan itu semua, kelompok bisa membangkitkan semangat belajar mereka dimana terbukti dalam kunjungan kedua kelompok, peserta didiknya menjadi sedikit rajin dan mulai terlihat percaya diri mulai menunjukkan rasa ingin tahu mereka dimana pada saat kunjungan pertama mereka tidak memberikan pertanyaan sebelum ditanyaain. Ada perbedaan kunjungan pertama dengan kunjungan kedua walupun tidak terlalu signifikan, tetapi tetap terjadi perubahan, dan tentunya kea rah yang lebih baik, kelompok berharap pendidik pada abad 21 ini lebih memerhatikan apa yang diinginkandan dibutuhkan peserta didik, selalu melihat sudut pandang peserta didiknya dan selalu memberikan dukungan untuk peserta didiknya untuk berkembang sesuai dengan potensi atau bakat yang dimiliknya dengan tidak menjatuhkan peserta didiknya. “Children” bisa melihat “kesungguhan” kita walaupun usiannya yang masih muda. Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam memberikan didikan kepada peserta didik agar mereka tahu bahwa kita memberikan yang terbaik untuk diri mereka, karena memang seperti beginilah seharusnya tugas dan tanggung jawab seorang pendidik.


DOKUMENTASI VIDEO


TESTIMONI PRIBADI
Dalam pelaksanaan micro teaching ini kesan yang saya dapatkan sangatlah menyenangkan juga melelahkan, senang sekali bisa mendapat pengalaman seperti ini. Saya juga berharap agar saya dapat mengaplikasikan pengalaman apa yang saya dapatkan ini dalam kehidupan sehari-hari saya khususnya dalam mengajar murid-murid saya. Saya juga berharap agar saya dapat menjadi guru yang baik bagi murid-murid saya.

Senin, 23 April 2012

Testimoni perkuliahan Pedagogi 23 April 2012

Kesan perkuliahan hari ini kurang baik, menurut saya kesalahan ada pada kami para mahasiswanya (tidak memberi respon pada apa yang dikatakan dosen). Padahal dosen mungkin telah memberikan pertanyaan-pertanyaan esensial, misalnya dosen melakukan pengelolaan sumber daya kelas: bagaimana dosen membuat media pembelajaran berupa laptop dengan jaringan internet dan digunakan untuk sarana kita melakukan remedial, agar kita para mahasiswa dapat lebih aktif lagi, tetapi yang ada malah membuat sang dosen tak dapat melanjutkan pembicaraan topik remedial melainkan terpaku pada pertanyaan-pertanyaannya yang tidak di respon. Sehingga dosen pun keluar dari kelas. Sehingga selanjutnya perkuliahan hanya dapat dilanjutkan dengan media internet, ini bisa juga dikatakan dosen kita telah mengikuti kemajuan ilmu teknologi, termasuk kemajuan dibidang pedagogi, bisa dikatakan cukup efektf karena tanpa tatap muka sekalipun kita dapat mengikuti perkuliahan. Tapi yang terutama dalam perkuliahan hari ini, saya pribadi meminta maaf pada bu Dina selaku dosen pedagogi saya, karena mungkin kelas pada pagi hari ini kurang baik, ataupun efektif adanya. Selanjutnya saya akan berusaha untuk lebih aktif lagi dikelas dan berharap hal yang terjadi pada hari ini tidak akan terulang lagi. :)

Sabtu, 14 April 2012

Testimoni UTS Pedagogi

Pertama saya mengira hanya ada belajar melalui e-learning saja, tetapi  ternyata dalam mengikuti UTS Pedagogi yang dilakukan secara online juga bisa dilakukan, mungkin menurut saya ujian seperti lumayan menyenangkan dan praktis. Setidaknya dengan ujian yang dilakukan secara online ini sepertinya lebih nyaman karena bisa mengambil inti dari referensi buku yang pastinya tidak boleh mencontohnya 100%. Disini juga dapat dikatakan fleksibel (misalnya tidak harus tatap muka) dalam menggunakan e-learning dalam ujian ini. Paradigma belajar yang telah berganti dari berbasis tradisional telah menjadi kegiatan pembelajaran yang tidak mengenal tempat dan waktu (dimana pun bisa belajar).
Dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran kita ini, dikatakan pengajar kita adalah guru yang baik, karena dalam satu karakteristik guru yang baik menunjukkan kemampuan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa & memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa.

Tapi halangan yang bisa dirasakan mungkin bahwa bisa saja terjadi masalah dalam koneksi di internet, bagi pada pengajar ataupun pada muridnya, sehingga soal-soal ataupun jawaban-jawaban dalam ujian ini agak delay. Ataupun mungkin sang murid itu adalah anak kost, anak kost yang tidak mempunyai laptop atau komputer, juga tidak selalu bisa on setiap waktu sehingga mendapat informasi yang kurang cepat.

Selasa, 10 April 2012

Apa yang membuat kita unggul dalam belajar?

Kegiatan mengajar yang unggul dipandang sebagai proses akademik, dimana siswa termotivasi belajar secara berkelanjutan, positif terutama berkaitan dengan bagaimana mereka berpikir, bertindak dan merasa. Keunggulan ini juga bermakna suatu proses yang mengangkat motivasi belajar siswa ketingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan efek mengajar biasa, dimana para siswa terinspirasi untuk terus belajar dari gurunya. Guru yang baik bisa dianggap suatu energi yang memberikan kontribusi positif  yang luar biasa terhadap terciptanya suasana belajar siswa, termasuk membangkitkan minat mereka, mengatasi kendala yang mungkin menghambat kemajuan belajar, mendorong para siswa untuk menemukan kreativitas mereka sendiri (dengan tetap menjaga suasana integritas, kesopanan, dan rasa hormat membantu siswa mengembangkan proses pemecahan masalah secara kreatif dan kritis (dimana termasuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri). Motivasi dan inspirasi dapat membantu dalam mengajar, bisa juga dikatakan memberikan kontribusi yang besar dalam proses belajar mengajar, tetapi kembali lagi yang tidak kalah pentingnya adalah apakah siswa mau dalam belajar, disiplin, gigih/ tekun (Motivasi intrinsik).

Seperti dimana seperti ada sebuah artikel ( http://www.facebook.com/note.php?note_id=244075762275335 ) mengatakan:

" KEGIGIHAN dan KETEKUNAN adalah DISIPLIN DIRI dalam TINDAKAN.
Oleh : Brian Tracy

Tampilan terbesar dari disiplin diri adalah BERTAHAN KETIKA KEADAAN MENJADI SULIT.
KEGIGIHAN dan KETEKUNAN adalah DISIPLIN DIRI dalam tindakan.
KEGIGIHAN dan KETEKUNAN adalah ukuran besar karakter individu manusia. KEGIGIHAN dan KETEKUNAN anda adalah UKURAN SEBENARNYA DARI KEYAKINAN ANDA PADA DIRI SENDIRI DAN KEMAMPUAN ANDA UNTUK SUKSES.

Setiap kali Anda BERTAHAN dalam menghadapi kesulitan dan kekecewaan, Anda membangun kebiasaan KETEKUNAN. Anda membangun kebanggaan, kekuasaan, dan harga diri dalam karakter Anda dan kepribadian Anda. Anda menjadi LEBIH KUAT dan LEBIH TEGAS.

Dengan BERTAHAN, Anda menjadi lebih DISIPLIN. Anda mengembangkan dalam diri Anda kualitas besi keberhasilan, kualitas yang akan membawa Anda ke depan dan atasi setiap kendala yang anda hadapi dalam kehidupan anda."


Semoga bermanfaat :)

Pedagogi, TIK, & Fenomena Kontemporer

          TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) memiliki pengaruh besar pada dunia dimana orang-orang zaman sekarang gunakan. Demikian pula belajar yang didukung / difasilitasi oleh TIK contohnya e-learning, memiliki potensi yang cukup besar untuk mendukung pendekatan pengajaran dengan tidak melupakan dimensi pedagogi. 
          Kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi, termasuk TIK memang telah melahirkan perubahan besar dalam pola pembelajaran. Pedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain & pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman.
TIK telah memberi sesuatu yang baru dalam proses pmbelajaran, serta melahirkan pemikiran baru di bidang pedagogi.
         Fenomena kontemporer itu dimaksudkan bahwa adanya perubahan-perubahan yang terjadi sekarang-sekarang ini yang dulunya dianggap sulit, kini sudah bisa di anggap "santai", otonom, danlebih produktif.

Pedagogi Praktis Abad 21

          Atas dasar laporan "pedagogi sebagai ilmu pengetahuan akan mendukung kebijakan dan praktik pendidikan" ada 3 aspek saling terkait antara lain:1. Codifying and communicating teachers' practical pedagogical knowledge    --> mengkondisikan dan mengkomunikasikan pengetahuan pedagogis praktis guru.
2. Establishing systems for shared scientific pedagogical knowlegde management
  --> membangun sistem pedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan mennyediakan waktu yang cukup untuk guru dalam mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini.
3. Developing a robust theoretical framework for the new science of pedagogy
    --> mengembangkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru pedagogi.


          Pedagogi abad ke 21 dikenal juga pedagogi progresif (Progressive pedagogy). Belakangan ini telah lahir paradigma baru pembelajaran berbasis teknologi dan komunikasi. Pedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain & pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Pedagogi formal bermakna pedagogi teoritis/ ilmiah, sedangkan pedagogi vernakular merupakan kata lain dari pedagogi praktis, dimana pedagogi formal & pedagogi vernakular termasuk sebagai imlu/ teori dan seni/ praktik mengajar.
Pedagogi praktis merupakan teori-teori dari pedagogi teoritis yang tlah teruji, misalnya saat di kelas, sang pendidik akan menemukan banyak pengalaman baru saat mereka sedang mengajar.

Pedagogi Teoritis dan Prinsip-prinsip pedagogis

          Pedagogi memiliki makna sebagai ilmu pendidikan/ ilmu pengajaran. Pedagogis ialah kata sifat dari pedagogi. Pedagogis bermakna bersifat pedagogi, makna yang lebih luasnya adalah sadar terhadap arah tujuan dan ciri dasar dari proses pedagogi. Proses pedagogi telah menjadi fokus dari beberapa refleksi teoritis. Maka, banyak definisi, teori-teori yang telah muncul menyertainya.
          Ada teori yang mengatakan bahwa istilah pedagogis sebagai proses interaksi terus-menerus & saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah & pengembangan siswa (Danilov,1978), dll.
Prinsip-prinsip proses pedagogis ialah tesis dasar teori psikopedagogis, pada arah proses pedagogis yang menjadi standar & prosedur tindakan untuk menentukan dasar pedagogis yang paling penting dalam proses pendidikan.
          Prinsip-prinsip pedagogis itu adalah kesatuan karakter ilmiah dan ideologis Tsetiap proses pedagogis) dari proses pedagogis. Prinsip-prinsip pedagogis itu merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan proses (dialektis), proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia, serta pada saat yang sama perasaan dan tindakan kemungkinan menjadi terpengaruh oleh dunia itu (domain kognitif & afektif), lalu prinsip terakhir ialah bahwa masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait.

Senin, 09 April 2012

Paradigma Belajar

Dalam kegian belajar mengajar strategi cara ajar guru didasarkan pada paradigma yang berbeda pada cara siswa belajar. Pembelajaran yang lebih baik itu seperti ketika guru mulai mendapatkan pemahaman yang prima tentang bagaimana kegiatan belajar terjadi, karena guru akan menjadi lebih efektif bila sang guru secara sadar memilih cara untuk mengajar, memperluas pembendaharaan strategi dalam mngajar, dan ahli dalam menggunakan strategi dalam mengajar tersebut.
Strategi itu misalnya melakukan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan dasar, menyajikan informasi dengan cara-cara yg mudah dipahami, menemukan pembelajaran berpikir ataupun pemecahan masalah dan kreativitas, memampukan untuk bekerja secara kooperatif pada pembelajaran proyek, mengaktifkan siswa untuk merefleksikan pembelajran yang terjadi kegiatan-kegiatan di luar ruangan. Semua ini membutuhkan pelatihan, kesabaran dan juga kerja keras.

UTS Paedagogi

Pembelajaran yang sukses???

Banyak diantara kita yang mungkin masih bertanya-tanya tentang bagaimana sih ciri-ciri pengajar yang cerdas sehingga dapat mensukseskan belajar? Ataupun bagaimana para orang tua ingin mencari guru-guru yang ideal untuk sang anak? Kegiatan pembelajaran yang baik menuntut juga adanya guru yang baik pula. Karakteristik guru bermacam-macam. Sebenarnya hal itu semua tergantung, yang pertama tergantung profesionalitas sang guru, maksudnya ialah dalam menjalankan aktivitas profesional itu guru dapat mengkombinasikan dimensi ilmu dan seni dimana merencanakan sesuatu hal, melakukannya dan memutuskan hal apa lagi yang harus atau akan dilakukan selanjutnya. Tetapi, tenaga profesional itu tidak bisa selalu bertahan hanya dengan sebatas "dugaan" melainkan harus mengandalkan / menerapkan seni dengan ilmu pengetahuan yang digabungkan secara harmonis di ruang-ruang kegiatan pembelajaran. Yang kedua, pembelajaran yang sukses tergantung pada karakter guru serta pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sang guru dalam mengajar tersebut. Tetapi, mengajar itu yang penting ialah siswa mau tidaknya belajar. Karena dalam mengajar guru bertugas untuk mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan pewarnaan nilai pada siswa. Yang ketiga,  adanya guru yang cerdas yang intinya mencerminkan keterpelajaran (secara konsisten taat asas pada etika pengetahuan dan norma-norma kebiasaan berpikir), integritas pribadi (kejujuran yang tercermin dari prinsip hidup dan keterusterangan, kelengkapan atau kesatuan karakter, rasa percaya diri, dan identitas pribadi yang menunjukkan diri sebagai guru yang hebat) dan kemampuan berkomunikasi dengan siswa (guru harus memiliki kemampuan berempati, melihat situasi siswa ke dalam situasi dirinya).
Guru yang hebat menjalani proses pertumbuhan profesional secara terus-menerus.